Liburan Hemat 5 Hari 4 Malam di Jogja (Part 2)

August 01, 2025


Sebelum kunjungan saya bulan kemarin, saya sudah pernah beberapa kali mengunjungi Yogyakarta. Tapi anehnya, saya belum pernah benar-benar jatuh cinta pada kota ini, tidak seperti kebanyakan orang yang selalu ingin kembali. Mungkin karena momennya kurang tepat. Salah satunya, saat saya nyaris pingsan di Museum Benteng Vredeburg karena sakit. Alih-alih menjelajah, saya lebih banyak beristirahat di penginapan. Yang tertinggal justru kenangan tentang teriknya matahari Jogja, bukan keindahan dan kenyamanan kotanya.

Namun, di kunjungan terakhir kemarin, semuanya mulai berubah. Meski masih dalam suasana sederhana dan hemat, saya merasa lebih bisa menikmati Yogyakarta. Ada lebih banyak momen yang melekat, dan perlahan, kota ini mulai memberi kesan positif. Kesan yang membuat saya, untuk pertama kalinya, ingin kembali.

Lewat tulisan ini, saya ingin berbagi cerita tentang hari ketiga dan keempat dari total 5 hari 4 malam liburan kami di Yogyakarta. Hari pertama dan kedua sudah saya ceritakan sebelumnya dalam tulisan berjudul “Liburan Hemat 5 Hari 4 Malam di Jogja (Part 1)”.

Bagaimana keseruan liburan kali ini sampai bisa membuat saya jatuh cinta? Yuk, baca sampai selesai.


Hari Ketiga: Dimulai dengan Sunrise dan ditutup dengan Sunset

Hari ketiga dimulai lebih pagi dari biasanya. Usai salat Subuh, saya menerima pesan dari adik saya. Ia mengirimkan foto pantai dengan matahari terbit yang mulai tampak samar di kejauhan. Rupanya, pagi itu ia sudah memulai menjelajah pantai seorang diri.


Menikmati Matahari Terbit di Pantai Krakal

Sementara adik saya sudah sampai di Pantai Sadranan, saya dan si bungsu baru keluar kamar dan berjalan kaki menuju Pantai Krakal, berharap bisa menyaksikan matahari terbit dari garis cakrawala. Udara pagi masih lembap, dengan angin laut yang berembus tidak sekencang hari sebelumnya.

Sunrise di Pantai Krakal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Entah saya yang datang sedikit terlambat, atau memang Pantai Krakal bukan tempat terbaik untuk mengejar sunrise, pagi itu, langit hanya dibiasi semburat jingga yang lembut di balik siluet bukit di kejauhan. Meskipun matahari tak muncul bulat sempurna di ufuk timur, warna langit yang temaram tetap mampu menghadirkan suasana yang syahdu, terlebih diiringi suara gelombang yang berlarian menuju daratan. Rasanya saya ingin duduk diam sendirian di atas pasir sambil membaca buku. Sayangnya ada si kecil dalam gendongan yang membuyarkan semua lamunan saya.


Bermain Pasir di Pantai Slili

Setelah puas menikmati suasana pagi, kami berdua kembali ke penginapan untuk menjemput anggota keluarga lainnya, kecuali adik saya, yang sudah lebih dulu berjalan-jalan sejak subuh. Pagi itu, tujuan kami adalah Pantai Slili yang berada di antara Pantai Krakal dan Sadranan. Pasir di Pantai Slili terasa lebih lembut dibandingkan dengan di Krakal maupun Sarangan. Namun seperti di Pantai Krakal, ombak di sana pun cukup besar.

Menikmati Pantai Slili
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Si sulung enggan bermain air pagi itu. Sepertinya karena ombaknya besar. Dia lebih tertarik bermain pasir di tepi pantai. Kami pun membeli satu set mainan pasir seharga 35 ribu rupiah. Mainan sederhana itu ternyata cukup ampuh membuat si bungsu yang semula enggan turun dari gendongan jadi betah duduk berlama-lama di pasir.


Menuju Pantai Sarangan dan Bermain Ombak

Ketika matahari mulai meninggi dan udara terasa lebih panas, kami memutuskan berpindah ke Pantai Sarangan. Pantai ini menjadi favorit si sulung karena ombaknya lebih kecil, sehingga terasa lebih aman dan nyaman untuk bermain air.

Pantai Sarangan Pagi Hari
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Begitu sampai, si sulung langsung berlari ke arah air, kembali berkejaran dengan ombak-ombak kecil. Sementara itu si bungsu tetap tidak tertarik dengan air, dia kembali menggelar lapak di atas pasir. Kami memilih tempat di sisi kiri, dekat karang-karang. Suasananya masih teduh karena berada tak jauh dari pepohonan.

Sekitar pukul setengah sembilan, kami memutuskan kembali ke penginapan. Si sulung sempat menolak pulang karena masih ingin bermain, tetapi perut kami mulai lapar dan sinar matahari semakin terik.


Kembali ke The Royal Joglo dan Bersiap Check-out

Sesampainya di penginapan, anak-anak langsung saya mandikan untuk membersihkan pasir yang masih menempel di tubuh mereka. Sementara itu, suami memilih sarapan lebih dulu meskipun masih dalam keadaan basah dan belum sempat berganti baju. Setelah anak-anak bersih dan kenyang, giliran suami masuk kamar mandi, dan saya pun menikmati sarapan bersama mereka. Pagi itu hanya saya yang tidak bermain air, jadi saya mengambil jatah mandi paling akhir. 

Baca juga: Kepri Coral: Resort Unik di Pulau Pengalap

Sarapan di penginapan ini disajikan per porsi dan diantar langsung ke teras masing-masing kamar sekitar pukul setengah delapan pagi. Hal ini cukup memudahkan karena kami bisa menikmati sarapan tanpa harus keluar kamar atau bergiliran ke ruang makan bersama. Kami juga tidak khawatir kehabisan, meskipun sarapan agak terlambat. Jadi, anak-anak bisa puas bermain dulu di pantai sebelum makan.

Bahkan, meskipun suami masih dalam keadaan basah setelah dari pantai, ia tetap bisa sarapan dengan nyaman di teras tanpa mengganggu tamu lain. Kekurangannya, makanan dan minuman yang disajikan cenderung sudah dingin jika tamu baru menyantapnya agak siang.

Sarapan Nasi Goreng dan Teh Panas
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Setelah suami selesai mandi, ia mengajak anak-anak bermain di taman kecil yang berada di area penginapan. Di sana tersedia ayunan dan area rumput yang cukup luas untuk anak berlari-larian. Sementara itu, saya memanfaatkan waktu untuk membereskan barang bawaan dan bersiap-siap tanpa tergesa. Rasanya menyenangkan bisa mandi dengan tenang, tanpa harus buru-buru atau diganggu si kecil yang biasanya minta ditemani. 

Sekitar pukul 11 siang, mobil jemputan yang akan mengantar kami ke destinasi berikutnya tiba. Saat itu si bungsu sudah tertidur di pangkuan saya. Suami dan adik segera membawa koper dan tas ke mobil, lalu memastikan semua barang sudah terbawa. Setelah itu, saya menyelesaikan proses check-out di resepsionis, yang juga berjalan dengan cepat dan ramah.


Menikmati Siang di Drini Park

Perjalanan hari itu kami lanjutkan menuju Drini Park, sebuah tempat wisata baru yang masih berada di kawasan pesisir Gunungkidul. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Pantai Drini, hanya sekitar 4 kilometer dari penginapan tempat kami menginap. Hanya butuh sekitar 15 menit untuk menuju ke tempat wisata tersebut.

Sesampainya di sana, kami langsung membeli tiket masuk. Harga tiket masuknya sebesar Rp25.000 per orang. Wahana-wahana lainnya dikenakan biaya tambahan. Tersedia juga beberapa pilihan paket yang mencakup tiket masuk beserta akses ke beberapa wahana tertentu. Namun, kami memilih membeli tiket masuk saja karena tidak banyak wahana yang ingin kami coba.

Drini Park
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Oh ya, berdasarkan pengalaman saya, semua transaksi di dalam kawasan wisata ini harus menggunakan uang tunai. Hanya loket pembelian tiket di bagian depan yang menerima pembayaran non-tunai. 

Tempat ini menawarkan pemandangan laut yang indah dari ketinggian, dilengkapi dengan berbagai spot foto menarik serta beragam wahana permainan untuk anak maupun dewasa. Pengunjung juga dapat bersantap di restoran, kafe, atau food court yang tersedia di dalam area wisata. Seru sih, apalagi kalau datang bersama keluarga atau teman-teman. Insyaallah nanti saya buat tulisan tersendiri.

Kami menghabiskan waktu di Drini Park hingga sekitar pukul setengah tiga sore. Meskipun matahari cukup terik siang itu, angin laut yang berembus kencang membuat suasana tetap sejuk dan tidak terlalu menyengat. Cuaca seperti ini membuat aktivitas di luar ruangan tetap terasa nyaman, bahkan di tengah hari.


Bersantai Sore di Wonosari

Dari Drini Park, kami melanjutkan perjalanan kembali ke arah kota. Karena tidak jadi mampir ke Pictniq seperti rencana awal, kami memilih berhenti sejenak di Masjid Agung Al-Ikhlas Wonosari untuk salat Asar dan beristirahat. Masjid ini berada tepat di seberang Alun-Alun Wonosari, seperti kebanyakan kota di Indonesia di mana masjid agung selalu berdampingan dengan alun-alun.

Sore di Wonosari
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Selesai salat, kami menuju Taman Kuliner Wonosari untuk mencari camilan sore. Perut kami mulai lapar meskipun tadi sudah makan siang di Drini Park. Kami juga sempat singgah sejenak di Taman Kota Wonosari sebelum akhirnya kembali melanjutkan perjalanan.


Kembali ke Kota Ditemani Matahari Terbenam yang Indah

Dalam perjalanan ke kota, kami ditemani senja yang indah dan pemandangan city light yang memukau dari kejauhan. Andai rencana ke Pictniq jadi terlaksana, mungkin pemandangannya akan terasa jauh lebih fantastis. Sayangnya, niat itu harus saya urungkan karena harga tiket masuknya tiba-tiba naik menjadi Rp50.000 per orang. Selain pertimbangan biaya, kondisi tubuh kami juga sudah cukup lelah setelah seharian beraktivitas.

Senja yang tak seindah tangkapan mata
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Si bungsu mulai rewel di perjalanan dan akhirnya tertidur. Si sulung juga menolak diajak makan malam di luar. Karena itu, kami langsung menuju rumah sewa yang sudah kami pesan jauh-jauh hari. Lokasinya berada di Jalan Veteran, sekitar 4 km dari Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

Kami tiba di rumah sewa menjelang waktu Magrib. Setelah menidurkan si bungsu di kamar, saya pun membersihkan diri, salat, lalu mulai mencari makan malam lewat aplikasi di ponsel. Sempat bingung memilih, akhirnya kami memesan sate ayam Madura dan sate taichan. Enaknya menyewa rumah seperti ini adalah ruang geraknya lebih leluasa dan kebersamaan bersama keluarga terasa lebih hangat. Rasanya seperti di rumah sendiri.


Hari Keempat: Menikmati Kuliner dan Museum

Pagi hari keempat dimulai dengan berjalan kaki mencari sarapan di sekitar rumah sewa, sekalian menikmati suasana Jogja di pagi hari, jauh dari keramaian kawasan wisata. Kami ingin merasakan kehidupan penduduk lokal secara lebih dekat. Tidak ada tujuan khusus, kami hanya menyusuri trotoar sambil melihat-lihat apa saja yang ada di sekitar.


Menyantap Soto Ayam Lenthok dan Getuk

Saat melewati sebuah warung tenda bertuliskan Soto Ayam Lenthox “Mas Brow”, aroma sotonya langsung menggoda selera. Sayangnya, tempatnya masih penuh, jadi kami memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sambil menunggu.

Tidak jauh dari situ, kami menemukan seorang penjual getuk dan tiwul. Getuk yang dijual cukup unik, dengan berbagai varian rasa: getuk singkong gula merah dan gula putih, getuk ubi ungu, getuk ubi madu, hingga getuk talas. Saya dan Ibu pun tak tahan untuk mencicipi semuanya. Kami membeli tiwul dan aneka getuk sebanyak dua porsi.

Soto Ayam Lenthok, Getuk dan Tiwul
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah itu, kami kembali ke warung soto yang tadi. Ternyata, lenthok adalah sejenis perkedel singkong. Mirip dengan yang biasa ditemukan dalam tahu campur. Pagi itu kami menikmati semangkuk soto sambil lesehan di atas tikar, tepat di depan Klinik Mata Jogja, dengan pemandangan lalu lintas pagi yang masih cukup lengang. Sederhana, tapi terasa nikmat sekali. Apalagi setelah berjalan kaki di udara pagi yang sejuk.

Setelah sarapan, kami kembali ke rumah sewa. Saat itu jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, tapi badan rasanya sudah minta rebahan. Sebenarnya, kami sempat berencana main ke Taman Pintar pagi itu. Tapi melihat semua masih lelah dan ingin bersantai, saya pun mengurungkan niat. Lagi pula, saya ada janji makan siang dengan teman-teman dari Drakor Class. Takutnya malah jadi terburu-buru dan tidak bisa menikmati keduanya. Jadi, kami putuskan untuk istirahat saja di rumah sambil menikmati getuk dan tiwul yang kami beli.


Makan Siang dan Meet Up di Nanamia Pizzeria

Sekitar tengah hari, kami kembali keluar menuju Nanamia Pizzeria di Jalan Tirtodipuran untuk makan siang sekaligus bertemu dengan teman-teman saya dari Drakor Class. Setelah lima tahun saling kenal secara daring, akhirnya kami bisa bertatap muka langsung untuk pertama kalinya.

Meet up tipis-tipis
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pertemuan siang itu terasa hangat. Kami mengobrol santai sambil menikmati pizza dan pasta. Si sulung asyik bermain dengan anak teman saya, sementara si bungsu yang baru bangun tidur sempat rewel dan akhirnya diajak papanya keluar resto untuk jajan sebentar.


Belajar Sejarah di Museum Sonobudoyo

Sore harinya, setelah berpisah dengan teman-teman, kami melanjutkan perjalanan ke Museum Sonobudoyo. Hari itu kami tidak lagi menyewa mobil karena memang tidak ada rencana bepergian jauh. Kami hanya mengandalkan taksi online. Selain lebih mudah didapat, tarifnya juga lebih terjangkau dibanding menyewa mobil.

Suasana Gedung Lama
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kami masuk ke Museum Sonobudoyo hanya berlima karena adik saya memilih memisahkan diri untuk menjalankan agendanya sendiri. Museum ini terdiri dari dua gedung yaitu gedung baru dan gedung lama. Gedung lama menampilkan pameran yang cenderung sederhana jika dibandingkan dengan gedung baru. Tata ruangnya memberikan kesan tradisional yang kuat. Di dalamnya terdapat koleksi benda-benda budaya seperti patung, wayang, batik, hingga berbagai peralatan rumah tangga zaman dahulu.

Suasana Gedung Baru
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Berbeda dengan gedung lama, gedung baru Museum Sonobudoyo menyuguhkan pengalaman yang lebih modern dan interaktif. Pencahayaannya terang, ruang-ruangnya terasa lega, dan koleksi ditata dengan visual yang lebih menarik. Anak-anak tampak lebih bersemangat saat menjelajahi bagian ini. Penyajiannya memang dirancang agar lebih ramah untuk pengunjung muda, sehingga suasananya terasa lebih hidup dan menyenangkan. Tempat ini sangat cocok untuk mengenalkan budaya Jawa kepada generasi muda dengan cara yang segar dan mudah dipahami.


Salat Asar di Masjid Gedhe Kauman

Setelah keluar dari Museum Sonobudoyo, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Masjid Gedhe Kauman. Sore itu suasana cukup lengang saat kami melintasi Alun-Alun Utara Yogyakarta yang terbentang luas di depan mata. Tujuan kami ke masjid bukan hanya untuk salat Asar, tapi juga untuk melihat langsung salah satu bangunan bersejarah yang penting di kota ini. Saya sempat membisikkan pada anak sulung saya, “Ini loh masjid yang tadi muncul di film di museum.” Wajahnya tampak antusias, seolah potongan cerita sejarah yang baru saja ia tonton kini benar-benar hadir di depan matanya.

Masjid Gedhe Kauman
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah salat, sambil menunggu suami dan anak sulung, Ibu sempat membeli wedang ronde yang dijual di pelataran masjid. Sementara itu, saya menemani si bungsu yang antusias melihat ikan-ikan di kolam depan masjid. Ia tampak sangat senang, berlarian ke sana kemari sambil menunjuk ikan-ikan kecil yang berenang.

Masjid ini memang memiliki suasana yang sangat hidup. Di pelatarannya banyak orang berjualan dan anak-anak bermain bola. Di teras depan, beberapa orang duduk beristirahat sambil bercengkerama. Baru di area dalam, suasana berubah menjadi lebih tenang dan khusyuk untuk beribadah. Masjid yang hidup seperti ini sudah mulai jarang ditemui.


Membeli Bakpia Untuk Oleh-Oleh

Tujuan terakhir kami hari itu adalah membeli oleh-oleh. Saya membuka aplikasi peta dan mencari lokasi toko Bakpia Kurnia Sari terdekat. Salah satu yang muncul adalah toko bernama "Bakpia Kurnia Sari 0 Point Kilometer Yogyakarta". Karena lokasinya cukup dekat, kami pun langsung meluncur ke sana. Kali ini, kami berjalan-jalan sambil menikmati suasana sore di sekitar Titik Nol Kilometer. Suasananya terasa sedikit berbeda dibandingkan malam hari saat kami berkunjung di hari pertama.

Sore Hari di Titik Nol Kilometer
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Hari itu kami membeli bakpia aneka rasa dan bakpia kukus. Ternyata setelah sampai di Bandung, saya baru sadar kalau toko yang kami kunjungi bukan outlet resmi Bakpia Kurnia Sari. Outlet resminya yang berada tak jauh dari Titik Nol Kilometer sebenarnya bernama “Bakpia Kurnia Sari Ahmad Dahlan”. Letaknya hanya sekitar 400 meter dari toko yang kami datangi. Rasanya sedikit kecewa, tapi ya sudahlah, yang penting tetap bisa membawa pulang bakpia.

Setelah selesai berbelanja, kami langsung memesan taksi online untuk kembali ke rumah sewa. Sebenarnya, saya masih ingin berbelanja di kawasan Malioboro dan sekitarnya. Namun, karena si bungsu sudah sangat rewel, kami pun memutuskan untuk pulang saja.


Makan Malam Nasi Goreng dan Pecel Ayam di Rumah Sewa

Malam harinya, kami memutuskan untuk beristirahat di rumah sewa dan tidak keluar lagi. Saya minta tolong adik untuk membelikan lalapan ayam dan nasi goreng di sekitar tempat kami menginap. Malam itu kami tidur lebih awal, kecuali suami yang sempat keluar sebentar untuk menemui teman kerja kami di Bali dulu. Kebetulan ada dua orang yang tinggal di Jogja, tapi saya hanya sempat bertemu salah satunya yang datang menjemput suami.

Malam itu terasa sederhana tapi hangat. Meski hanya diisi makan malam di rumah sewa dan obrolan ringan, rasanya cukup untuk menutup hari dengan bahagia. Kami menikmati waktu bersama tanpa agenda yang padat, dan mungkin justru di situlah letak istimewanya.

Itulah cerita liburan kami dari hari ketiga dan keempat. Rasanya menyenangkan bisa menikmati kota ini tanpa terburu-buru, dengan ritme yang sesuai untuk bepergian bersama keluarga. Pelan-pelan, Jogja yang dulu hanya saya ingat karena panasnya, kini mulai saya kenang karena hangatnya.

Tapi perjalanan ini belum selesai. Masih ada cerita dari hari terakhir yang juga tak kalah berkesan. Selain itu, di tulisan berikutnya saya juga akan membagikan tips singkat dan rangkuman itinerary lengkap 5 hari 4 malam yang disertai estimasi waktu dan urutan perjalanan. Semoga bisa membantu kamu yang sedang merencanakan liburan serupa, terutama jika membawa balita atau ingin menjelajah Jogja dengan cara yang santai namun tetap hemat.

Sampai jumpa di bagian akhir cerita ya!


You Might Also Like

47 komentar

  1. Sangat menarik sekali mba jelajah
    Yogyakarta di hari ketiga dan keempat. Benar, biasanya di kota ritmenya cepet, sat-set hingga lupa cara melambat dan menikmati setiap momen sederhana.

    Lewat tulisan ini aku jadi berasa diajakin jalan-jalan. Mulai dari ke pantai menyaksikan sunrise, menyaksikan sunset. Hingga meet up , kulineran dan beli oleh-oleh.

    Bener adanya, kalau sewa rumah pas liburan jadi makin nyaman serta leluasa ya. Ide bagus misal mau jalan-jalan barengan dengan keluarga biar nyaman dan rehatnya pun maksimal. Jadi setiap pagi kian segar bugar buat kembali jelajah destinasi wisata.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sewa rumah enak. Apalagi kalau bisa dapat yang dekat kawasan wisata. Tinggal jalan kaki hehehe

      Delete
  2. Bener sekali, saya rasa tiap perjalanan punya ceritanya sendiri2. Memang sih, kadang kepikiran, duh sudah sampai ke kota ini, masa sih gak ke sana atau ke situ? Tapi, balik lagi ke kitanya, ok-ok aja gak jalan santay ke tempat2 yang bahkan gak viral atau bukan tempat favorit turis? Ohya, itu yang pictniq, aku sampai iseng cek ke IG mereka, ternyata kl berkunjung dari jam 4 sore saat akhir pekan harga tiketnya memang naik jd 50K. Mungkin jam2 itu ramai pengunjung ya. Apa sih yang gak rame di Jogja :) Semoga suatu saat bisa balik lagi ya ke sana bareng keluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk Pictniq tiketnya sudah berubah berkali-kali sejak saya pantau. Terakhir sebelum saya berangkat itu harganya 35rb di weekday baik pagi maupun malam. Nah pas saya mau ke sana, siangnya saya cek lg di IGnya dr tgl 8-13 Juli tiket jadi 50rb flat mau weekday atau weekend. Setelah tgl 13 baru muncul harga yg skrg di IG nya 😁

      Delete
  3. Hari ke tiga tuh seperti jiwaku banget. Laut, Sunrise dan Sunset.
    Baca tulisan sampai habis, eh balik lagi ke atas lihat foto-fotonya dengan tenang.

    Trus mikir, kalau balik ke Jogja lagi akan sempatkan ke Drini Park ah,
    Barusan iseng cek map, dari the royal joglo ke drini park tuh ga sampai 4 km, asyik dan bisa jalan kaki sambil lihat keadaan he he he.

    Di tunggu tulisan khusus tentang Drini parknya ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak dekat dari The Royal Joglo ke Drini Park. Cuma jalannya sepi aja gt. Kayanya kalau jalan-jalan sebaiknya gak sendirian. Ya walaupun nggak tau ya aman atau enggak.

      Delete
  4. Cerita liburan ke Jogja ini seru banget! Apalagi dengan detail pengalaman yang bikin diriku juga ikut merasakan suasana Jogja yang "hangat." dengan tulisan ini kakak berhasil mengubah persepsi awal tentang Jogja jadi lebih positif. apalagi ada embel embel hematnya kan yaaaah heheheh

    ReplyDelete
  5. Waah pantai2 yg mba datangin semuanya belum aku jejak 🤣🤣. Duuuh banyaaak bangettttt pantai2 di sepanjang gunkid itu kaaan. Saking banyaknya pun aku ga inget nama2 nya

    Tp yg pasti Jogja buatku ngangenin. Walaupun macetnya ga hahahahah.

    Eh kita samaaaa, lebih suka bakpia Kurnia Sari drpd yg lain. Alasanku sih, Krn Kurnia Sari ga mudah berserakan remah2nya 🤣. Sementara bakpia lain, tiap digigit remah2nya hancur hihihihi. Ga suka jadinya, bikin berantakan.

    Tp kalo di compare Ama bakpia kukus, aku LBH milih yg kukus sih 😁.

    Lenthok Ama lentho sama ga ya mba? Aku pernah coba lentho pas di solo. Tp jujur ga doyan 😂😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya pantai Gunungkidul banyak bangeeeet...

      Untungnya kemarin waktu ke Jogja nggak ngerasain macet. Makin mantap deh liburannya.

      Bakpia kukus tub mirip bolu kn?

      Lenthoitu yg ada kacangnya? Beda sih. Lenthok itu semacam perkedel dari bahan singkong. Biasanya ada juga di tahu campur mba fan.

      Delete
  6. Gunungkidul memang berjajar pantai-pantai pasir putih yang cantik, mbak. Krakal, Drini, Sarangan, Baron, dll, pernah ke sana semua saat remaja. Terus, OPO KUWI DRINI PARK? Aku baru tauuuu hahaha. Udah makin tourism aja nih pantai-pantai GK ya.

    Oh hotelnya memang di Gunungkidul, pantesan eksplornya di situ dan ke Wonosari. Ibuku dari GK, dulu kalau lebaran biasa mudik ke GK ke rumah simbah.

    Glad you had a good time in Jogja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makin banyak kayanya ms wisata gunungkidul selain pantainya.

      Delete
  7. Wah beneran hemat nih liburan 5 hari 4 malam nya jadi pengen coba juga tipsnya mana banyak tempat yg dikunjungi ya

    ReplyDelete
  8. Jelajah kulinernya asik-asik mbak Asri, gak bosen buat bacanya. Apalagi bisa ngerasain langsung, ngikutin alurnya hehe.
    Terus kelilingan menjelajah berbagai tempat, itu juga banyak hal yang belum daku ketahui, jadi tahu dah.
    Tips uniknya, iya juga, kalo menginap gitu, kenapa gak nyoba rumah sewa aja, yang bisa menampung banyak orang juga semisal travelingnya rombongan. Siip siip

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Kalau rombongan mending sewa rumah gitu mbak. Yang model vila juga banyaaak di Jogja.

      Delete
  9. Akhirnya bisa merasakan jogja yg lebih nyaman drpd kunjungan sebelumnya ya mba...
    Kadang saat liburan kita memang perlu adjust bbrp tujuan biar tdk terkesan dikejar waktu dan bisa menikmatibliburan dengan lebih santai ya mba..
    Kurnia Sari ini juga salah satu merk bakpia favoritkubmba..kalo ke jogja pasti belinya bakpia kurnia sarindan langsung di outlet nya..aku rasa bakpia kurnia sari ini paling enak dibanding yg lain hehe tp itu tergantung selera juga yaa..aku suka yg kacang ijo sama keju 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa Bakpia Kurniasari yg keju enak. Aku paling suka yang itu.

      Delete
  10. Ternyata Jogja memang ngangenin yaa dan daku terakhir ke sana tuh tahun 2010, udah lama buanget. Jadi pengen balik lagi soalnya belum eksplorasi ke Gunungkidul atau ke pantai-pantai yang disebutkan di sini. Biasanya ke daerah kota aja soalnya rumah tanteku di kotanya, deket kampus.

    Rumah sewa maksudnya homestay kah Mbak?

    ReplyDelete
  11. Sedih rasanya, berkali-kali ke Jogja tapi tak satupun dari tempat yang disebutkan pernah kukunjungi :( Apalagi yang pantai-pantai baru itu. Rasanya pengen ke sana lagi buat menikmati sunrise dan suset terus kulineran. Hm, baru kepikiran juga buat salat di masjid Gede Kauman. Bukankah bagus sekalian wisata sejarah, kok aku nggak kepikiran ya biasanya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kapan-kapan kalau ke Jogja lagi cobain salat di Masjid Gede Kauman mba 😊

      Delete
  12. aku belum terlalu banyak explore daerah selatan Jogya, seperti kawasan Drini, Krakal dan pantai yang lain, mungkin karena waktu cuti aku terbatas, jadi kudu mampetin itinerary juga.
    Jarak dari Jogya ke daerah selatan juga cukup jauh soalnya.
    ke Museum juga belum pernah kayaknya, banyak banget destinasi yang diinginkan tapi terkendala waktu

    seneng banget mbak bisa meet up sama temen-temen drakor class, jadi pengen juga ketemuan sama temen-temen komunitas kalau lagi di luar kota

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener sih. Tempat wisatanya banyak banget yang pengen dikunjungi. Tapi ya terbatas waktu. Untungnya masih sempat ketemu sama temen-temen walaupun sejenak.

      Delete
  13. Saya mengikuti perjalanan bagian pertama Minggu lalu Mbak. Dan lanjutannya sangat seru. Ternyata di Yogya ada Pantai Krakal ya. Kalau di Kebumen ada pemandian air panas Krakal karena memang nama daerahnya. Agenda acaranya seru semua. Jadi 5 hari 4 malam di Yogyakarta semua acaranya berkesan termasuk bertemu teman juga. O iya saya penasaran dengan harga rumah sewanya Mbak. Itu per hari berapa? Kalau rumah sewa memang teras lebih nyaman dan seperti rumah sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah saya belum pernah ke kebumen mba. Katanya pantai-pantainya juga bagus ya?

      Rumah sewa yg saya sewa itu semalam 475rb

      Delete
  14. Foto dengan background langit itu memang tidak pernah gagal
    Suka semua hasil jepretannya
    Bercerita banget fotonya
    Saya yang belum pernah selama itu di Jogja jadi pengen deh rasanya
    Siapa tahu bisa sekalian dengan budget minim

    ReplyDelete
  15. Jogja se-menyenangkan ituuu ya mbaaaac

    aduh, aku kebawa perasaan juga ini bacanyaaaa
    bolak/i ke Jogja blum pernah eksplor GunKid akutuuuu, Gitu ngaku² anak pantai, hahahaha

    insyaAllah mau ikutan style trip kamu mbaaak.
    btw, rumah sewa yg d jl Veteran apa ada nmr WA-nya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rumah sewanya aku pesan via websitenya Whouse Homestay mba. Ada nomor WA-nya juga di IG. Banyak pilihan rumah dan vilanya.

      Delete
  16. kenyang banget jalan-jalan di Yogya 4 hari 5 malam, kenyaaang ya mbaa keliling Yogya menikmati destinasi wisata dan kuliner

    ReplyDelete
  17. Ka Dwi Cho sama ka Mae skarang tinggal di Jogja kaah??
    Kompak teruusss warga DC. Seneng bisa meet-up tipis tipis yaa..

    Dan kalau baca cerita main di pantai beginiii.. aku jadi membayangkan sepanjang Pantai Selatan ini sungguh cantik dan panjaang sekali garis bibir pantainya yaa.. Jadi namanya bisa beragam dan mengejar sunrise sama sunsetnya menjadi hal tak terlupakan.

    Yang dikangenin dari Jogja tentu kulinerannyaa..
    Gethuk uwwuu.. aku sukaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kak Dwi yang skrg di Jogja. Mae di Tangsel. Kebetulan kmrn dia lagi mudik. Jd kumpul di Jogja.

      Delete
  18. Gak tau kenapa yaa kalau bepergian ke Yogya tu misal nginep di hotelnya, dikasi sarapan nasgor sama teh anget aja udah bikin hati terasa hangat. Beda lagi nginep di hotel2 di jabodetabek kek beda vibesnya haha :D
    Wah aku belum pernah nih mbak ke museum Sonobudoyo tapi pernah dengar aja. Ternyata ada bagian gedung lama dan baru yaa. Semoga kapan2 bisa ngajak anak ke sana juga.
    Masjid Gedhe kauman ini bersejarah yaaa. Pernah jadi bagian tugas anakku jadi aku tahu xixixi :D
    Ternyata masjidnya ramai yaa, bener2 pusat kegiatan masyarakat nih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kapan-kapan mampir ke Museum Sonobudoyo mbak hehehe

      Delete
  19. Asyiknyaaa 5 hari 4 malam udah lumayan banget ke mana-mana tuh Mba Asri. Sempet meet up juga kita. Haha.. Alhamdulillah..

    Next time liburan bisa eksplor lebih banyak pantai, tempat wisata dan kulineran lagi, yeay!

    ReplyDelete
  20. Berhubung di satu area, jadi manteb bangeett ini pagi-pagi udah dapet 3 pantai ajaa, ahaha. Paling suka nih lihat foto yang pantai Sarangan, kelihatannya di sini yang paling enak untuk main pasir dan ombak tipis tipis yaa mbak.
    Aku waktu ke Jogja, ke pantai yang di GK juga, tapi malah belum ke 3 ini, hehehe. Pantai Drini sih paling penasaran, sekaligus bisa ke Drini Park juga kalau sama anak-anak yaa.

    Anw, kalau liburan bawa anak-anak itu memang mesti bisa fleksibel aja yaa. Kayak tadinya mau mampir ke Pictniq dulu, tapi karena semua dirasa sudah lelah, ya gak jadi deeh.

    Tapi seru sih ini, jalan-jalan dapet, silaturahmi juga dapet. 5 hari 4 malam sudah terasa puaass yaa jadinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih, liburan ala keluarga Mbak Asri bisa banget dicontek untuk liburan selanjutnya. Aku terakhir ke yogya cuma 2 malam 3 hari, tapi gak ke pantai sama sekali, cuma area kota aja huhu.
      Pengen juga nyambangin pantai, kangen pantai2 di Yogya, sunrisean, sunsetan, apalagi kalau penginapannya tinggal ngesot aja ke pantai.
      Pengen juga ngunjungin masjid2 bersejarah di Yogya kek masjid Kauman itu.
      Nanamira pizzera keknya aku pernah makan waktu kunjungan bareng salah satu brand tapi aku lupa2 ingat krn dulu datangnya malam gitu, tapi seingatku iya namanay itu :D

      Delete
  21. Daku lebih demen begitu sih, sarapan di antar ke teras kamar, karena kan gak perlu jauh² menikmatinya. Bisa sambil memandangi di sekitar penginapan aja, dan gak buru² juga buat menyantapnya karena faktor durasi hehe.

    Apik dah perjalanannya kak, karena jadi liburan hemat yang bikin bahagia ya

    ReplyDelete
  22. Kalau kunjungan pertama gak sakit pasti sejak itu udah jatuh cinta sama Yogya ya ...
    Tapi akhirnya di kunjungan kedua mulai terpesona tuh, cie ...

    Btw saya Bru tahu ada Drini Park itu. Pemandangan nya bgus ya. Kalau fasilitas wahana mainan sih ga begitu aneh ya setiap lokasi wisata kadang mirip gitu fasilitasnya. Tapi keindahan lokasinya ini yg bikin beda ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asyik juga ya wisata dari pantai ke pantai bikin mata jadi segar menikmati alam sekitar.. kalau di kota kan ber macet ria..

      Delete
  23. Ah senangnya, bisa meet up sama kak Dwi dan mbak Ima
    Nanti aku kalau ke Yogyakarta, mau coba mampir ke pantai juga ah
    Beberapa kali ke Yogyakarta, belum sempat berkunjung ke pantainya

    ReplyDelete
  24. Wah, Drini Park dan Museum Sonobudoyo tuh jadi destinasi yang paling kuminati. Beberapa tahun yang lalu belum sempat eksplore banyak pas kami datang ke Yogya karena memang hanya escape selama 2 hari saja dan itu pun kepotong sama kegiatan dinas di Jogya. :(
    Ahh, aku cek lokasi lumayan jauh juga ya dari Prawirotaman (rumah pamanku) ke Drini Park. Tapi malah dekat ke Museum Sonobudoyo-nya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuaaah, bisa nih masuk itinerary daku juga, soalnya ini jadi rekomen dari kak Asri dan Kak Dinda hehe.
      Semoga pankapan bisa traveling deh daku ke Yogya, karena lebih seringnya baca artikel doang haha

      Delete
  25. Seruuu bangett weh liburannya Kak Achii.. Lah Jogja sekarang banyak banget spot kekiniannya ya. Drini Park nih salah satuhnya, heuheu..

    Yeaay dokumentasi DC masuukkk.. pasti seru banget ketemuan Ibu ketua dan Maknae artis kita di sela-sela waktu liburan ya Kak Achiii.. happy terusss, cemunguuut bestiiih

    ReplyDelete
  26. Mbak, ini perjalanan ke Jogja nya ikut tour dari travel atau pribadi? Bnyak juga ya dikunjunginya. Pantainya sampai 3 didatangi. Itu ketiga pantainya berdekatan kah?
    Tampaknya bersih ya pantai dan pasirnya, meski ombaknya besar.

    Aku jd penasaran sama Drini park wahananya apa aja ya yg menarik...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini perjalanan pribadi kak. Cuma sewa mobil+driver aja hari kedua dan ketiga. Tp wisatanya tetep nentuin sendiri.

      Delete