Liburan Hemat 5 Hari 4 Malam di Jogja (Part 1)

July 26, 2025


Liburan kenaikan kelas tahun ini kami putuskan untuk menghabiskannya dengan jalan-jalan ke Yogyakarta. Setelah menempuh perjalanan dari Bandung menggunakan KA Malabar Ekonomi Premium (Cerita lengkapnya bisa dibaca di artikel ini: Bandung–Yogyakarta Naik KA Malabar Ekonomi Premium), kami tiba di Yogyakarta menjelang sore hari.

Agenda liburan kali ini memang tidak disusun terlalu padat. Karena bepergian bersama balita, kami memilih untuk menikmati Jogja dengan cara yang lebih santai dan tidak harus mengunjungi terlalu banyak tempat dalam satu hari. Selain itu, kami juga berusaha agar perjalanan ini tetap hemat, tanpa mengurangi kenyamanan dan keseruan selama di sana.

Selama lima hari empat malam di Yogyakarta, kami mengisi waktu dengan berjalan-jalan ringan di dalam kota, menikmati suasana alam di Gunungkidul, bermain di pantai, hingga bertemu teman lama. Meski agendanya sederhana, rasanya tetap menyenangkan dan cukup berkesan.

Buat kamu yang juga ingin liburan santai ke Jogja bareng keluarga, mungkin itinerary kami bisa jadi inspirasi. Di artikel ini, saya akan membagikan cerita hari pertama dan kedua selama di Yogyakarta. Yuk, intip kami ke mana saja di dua hari pertama!


Hari Pertama: Tiba di Jogja dan Menyusuri Malioboro

Setelah tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta menjelang sore, kami menyempatkan diri untuk salat terlebih dahulu. Selesai salat, saya mencari Ibu dan adik yang sudah sampai duluan dan menunggu di ruang tunggu dekat pintu selatan. Dari sana, kami berencana menuju penginapan di Jalan Dagen.

Tiba di Stasiun Tugu
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Awalnya kami sempat mempertimbangkan naik mobil, tetapi setelah mengecek peta dan melihat kondisi lalu lintas yang macet, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki saja. Jarak dari stasiun ke penginapan sekitar 600 meter dan memakan waktu kurang lebih 10-15 menit.


Menginap di Taman Yuwono Heritage

Hari pertama kami menginap di Komplek Taman Yuwono. Di sini, ada dua operator penginapan yang saya ketahui: Taman Yuwono Heritage dan Taman Yuwono Hotel & Villa. Kami memilih menginap di Taman Yuwono Heritage, yang suasananya terasa lebih klasik atau “jadul” dibandingkan dengan yang satunya. Kami memang mencari penginapan sederhana dan murah, yang cukup untuk beristirahat saja. Menurut saya, penginapan ini sudah cukup nyaman untuk sekadar singgah semalam.

Tempat Kami Menginap Hari Pertama
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Lokasinya strategis, tidak jauh dari Stasiun Tugu, dan ke kawasan Malioboro pun cukup ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 400 meter. Kamar tidurnya tergolong lega, masih ada ruang yang cukup untuk salat di dalam kamar. Kasurnya berukuran queen dan sudah dilengkapi dengan AC. Kamar mandinya juga cukup luas, berada di dalam kamar, dan sudah tersedia fasilitas pemanas air.

Setibanya di penginapan, kami langsung melakukan proses check-in. Petugas resepsionis melayani dengan ramah, dan prosesnya cukup cepat. Setelah itu, kami diantarkan ke kamar masing-masing yang letaknya berdekatan. Begitu masuk kamar, kami bebersih diri lalu beristirahat sejenak sambil mengumpulkan tenaga untuk mandi.

Setelah mandi dan berganti pakaian, kami melanjutkan dengan salat Magrib. Anak-anak pun terlihat mulai lebih rileks. Suasana penginapan yang tenang dan bernuansa tradisional membantu kami untuk benar-benar merasa sudah tiba di Jogja dan siap memulai liburan.


Makan Malam dan Menikmati Malioboro

Usai salat Magrib, barulah kami keluar dari penginapan untuk makan malam dan berjalan-jalan ringan di sekitar kawasan Malioboro. Karena perut sudah cukup lapar, kami mencari tempat makan yang tidak terlalu jauh. Pilihan kami jatuh pada Bakmi Jawa Ngedjaman, yang menyajikan aneka hidangan hangat dan mengenyangkan.

Sebagian Makan Malam Kami
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Malam itu kami memesan bakmi jawa dan sate klatak. Rasanya lumayan enak, dan pelayanannya pun cukup cepat. Meskipun sebelumnya saya sempat membaca beberapa ulasan kurang baik, untungnya malam itu kami tidak mengalami hal serupa.

Setelah makan, kami melanjutkan jalan kaki menuju Titik Nol Kilometer. Sepanjang jalan, si bungsu tampak sangat senang melihat kuda-kuda yang menarik dokar di sisi jalan. Matanya berbinar setiap kali ada kuda lewat, sambil menunjuk dan berseru girang. Momen kecil seperti ini membuat perjalanan malam itu terasa hangat dan menyenangkan.

Suasana Malioboro Malam Itu
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kami juga beberapa kali berhenti di beberapa spot menarik untuk berfoto. Suasana malam yang ramai namun tetap terasa ramah membuat kegiatan sederhana seperti berfoto menjadi lebih seru. Lampu-lampu jalan, jajaran toko dan tempat makan, keramaian khas Malioboro, serta dekorasi trotoar yang rapi jadi latar yang pas untuk mengabadikan momen bersama keluarga.

Sayangnya, sepanjang jalan si bungsu tidak mau berjalan kaki dan terus meminta digendong. Mungkin karena berada di tempat baru membuatnya merasa kurang nyaman. Saya pun bergantian dengan suami untuk menggendongnya. Ia baru mau turun saat kami mampir ke Teras Malioboro Beskalan.

Teras Malioboro Beskalan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Teras Malioboro adalah area yang menggabungkan pusat oleh-oleh dan kuliner dalam satu tempat. Ada beberapa lokasi yang tersebar di sepanjang Malioboro, dan kami kebetulan mampir di Teras Malioboro yang berada di kawasan Beskalan. Di sana, kami menonton pertunjukan live music dengan iringan alat musik tradisional, semacam keroncong (meskipun saya tidak terlalu yakin genre pastinya). Sambil menikmati suasana, kami membeli kentang goreng dan jeruk peras segar sebagai camilan malam.

Suasana Titik Nol Kilometer Yogyakarta di Malam Hari
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)


Dari Teras Malioboro, kami kembali berjalan santai menuju Titik Nol Kilometer. Setelah berfoto-foto sejenak, kami pun memutuskan untuk kembali ke penginapan karena hari sudah semakin malam. Dalam perjalanan pulang, Ibu dan adik sempat mampir sebentar ke salah satu toko oleh-oleh untuk membeli sandal, sementara saya menyempatkan diri mampir untuk membungkus wedang ronde di Wedang Ronde Lek Dhie Milenial untuk dinikmati di penginapan.

Wedang Ronde Lek Dhie Milenial
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sesampainya di penginapan, kami langsung bersih-bersih, berganti pakaian, salat Isya, lalu bersiap untuk tidur. Lelah, tapi bahagia. Begitulah rasanya menutup hari pertama di Yogyakarta.


Hari Kedua: Dari Pasar, Resto Hingga Pantai

Pagi itu, sekitar pukul setengah tujuh, kami keluar penginapan untuk jalan-jalan pagi sekaligus mencari sarapan. Hanya kami berempat yang berangkat, karena Ibu dan adik masih tertidur. Awalnya saya berencana menuju Pasar Beringharjo, tapi entah kenapa langkah kaki justru membawa kami ke Pasar Pathuk. Sedikit ada rasa penyesalan, karena ternyata di sisa hari-hari berikutnya saya tidak sempat lagi ke Beringharjo. Namun, kunjungan ke Pasar Pathuk pagi itu tetap meninggalkan kesan tersendiri.


Membeli Sarapan di Pasar Pathuk dan Kembali Packing di Penginapan

Pasar Pathuk tidak terlalu jauh dari penginapan kami, hanya sekitar 800 meter. Suasana pagi yang masih sejuk dan ramainya aktivitas pasar memberi kesan tersendiri untuk memulai hari. Awalnya kami sempat bingung ingin membeli apa, tetapi akhirnya pilihan kami jatuh pada gudeg, nasi campur, dan martabak telur puyuh yang kebetulan berjualan bersebelahan. 

Gudeg dan Martabak Telur Puyuh
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Saya juga sempat penasaran dengan antrean panjang di seberang penjual tempat kami membeli makanan. Padahal saat itu belum tampak ada makanan yang dijajakan di area tersebut. Setelah berbincang dengan salah satu pengunjung dan juga penjual-penjual makanan di sekitar, barulah saya tahu bahwa mereka sedang mengantre nasi kuning yang cukup populer di Pasar Pathuk. Nasi kuning ini sering dibahas di YouTube oleh para penikmat wisata kuliner dan saya pun ingat pernah menontonnya.

Antrian Nasi Kuning
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sesampainya di penginapan, Ibu dan adik rupanya sudah bangun, bahkan sudah rapi setelah mandi. Kami lalu sarapan bersama di area duduk bergaya pendopo yang berada tepat di depan kamar. Suasananya tenang, cocok untuk menikmati pagi sambil mengisi tenaga. 

Setelah sarapan, saya mulai merapikan barang-barang, sementara suami menemani anak-anak bermain di luar kamar. Begitu semua beres, saya pun mandi. Namun belum lama berada di kamar mandi, terdengar suara tangis si bungsu. Ternyata ia terjatuh saat bermain, dan kepalanya benjol.


Perjalanan ke Gunungkidul dan Makan Siang di Krasan Cafe n Resto

Sekitar pukul 09.30 WIB, mobil sewaan kami sudah tiba di penginapan. Setelah semua barang dipastikan siap, kami pun check-out dan bersiap melanjutkan perjalanan ke arah selatan menuju kawasan Gunungkidul. Hari itu, tujuan utama kami adalah menikmati suasana pantai.

Kami cukup beruntung mendapat driver yang ramah dan menyenangkan. Sepanjang perjalanan, ia banyak bercerita tentang tempat-tempat menarik di Jogja dan memberikan beberapa rekomendasi tambahan. Perjalanan terasa nyaman dan menyenangkan berkat suasana yang hangat di dalam mobil.

Baca juga: Perjalanan 4 Hari 3 Malam di Pulau Bintan

Sebelum benar-benar masuk ke wilayah Gunungkidul, kami terlebih dahulu mampir untuk makan siang di Krasan Café n Resto, yang lokasinya masih satu arah dengan jalur ke pantai. Dari informasi yang saya dapat, tempatnya cukup tenang, cocok untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Perjalanan belasan kilometer menuju Krasan Café n Resto ternyata lancar. Kami tiba di sana sebelum pukul setengah sebelas, lebih cepat dari perkiraan. Karena belum terlalu lapar, kami memilih untuk bersantai terlebih dahulu, menikmati suasana sekitar sebelum memesan makanan. Saya sempat membaca beberapa ulasan yang menyebutkan bahwa makanan di sini cukup lama disajikan, jadi datang lebih awal memang terasa seperti keputusan yang tepat.

Pemandangan di Krasan Cafe n Resto
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Begitu masuk ke area resto, ekspektasi saya langsung terlampaui. Alasan saya tertarik ke sini adalah sungai dan bendungan kecil yang menjadi latar pemandangan restoran. Namun ternyata, suasananya jauh lebih menyenangkan dari yang saya bayangkan. Selagi menunggu makanan datang, si bungsu langsung bersemangat bermain di sekitar taman dan playground yang teduh.

Secara keseluruhan, rasa makanannya cukup enak dan cocok di lidah. Yang membuat kami senang, harganya pun tergolong terjangkau untuk ukuran sebuah café n resto dengan suasana seperti ini. Tempatnya nyaman, makanannya oke, dan harganya bersahabat. Rasanya menyenangkan bisa menemukan tempat seperti ini. Tanpa terasa, kami menghabiskan waktu sekitar tiga jam di sana sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju penginapan kedua kami.

Perjalanan Melintasi JJLS
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Perjalanan dari tempat makan siang ke penginapan memakan waktu sekitar satu setengah jam. Alhamdulillah, jalanan lancar tanpa macet sama sekali. Kami sempat melewati kota Wonosari, lalu masuk ke jalur berkelok-kelok yang diapit hutan di beberapa titik. Di bagian akhir perjalanan, kami melintasi JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan) yang membelah tebing. Pemandangannya indah! 

Sebelum masuk ke kawasan pantai, pengunjung terlebih dahulu berhenti di pos untuk membayar retribusi sebesar Rp15.000 per orang. Setelah itu kami bisa menikmati semua pantai yang ada dalam satu kawasan tersebut, seperti Krakal, Sarangan, Slisi, Sadranan, Sundak dan lain sebagainya.


Check-in di The Royal Joglo

Hari kedua ini kami menginap di The Royal Joglo, sebuah penginapan bergaya tradisional Jawa yang terletak tak jauh dari Pantai Krakal, Gunungkidul. Jaraknya dari bibir pantai hanya sekitar 50 meter, cukup ditempuh dengan berjalan kaki santai. Bahkan suara deburan ombak sudah terdengar dari area parkir penginapan.

Pendopo The Royal Joglo
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Begitu tiba, suasana yang kami rasakan langsung berbeda. Penginapan ini dikelilingi oleh pepohonan rindang dan tanaman tropis, menciptakan nuansa asri yang menenangkan. Udara sejuk khas pesisir selatan ikut menambah kenyamanan, terutama setelah menempuh perjalanan cukup panjang dari kota. Meski tidak mewah, tempat ini terasa cukup nyaman untuk beristirahat.

Pantai Krakal Sore Hari
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)


Kami tiba di penginapan sekitar pukul tiga sore, lalu langsung melakukan proses check-in. Setelah barang-barang diletakkan di kamar, saya yang sudah tidak sabar mengajak si bungsu berjalan ke Pantai Krakal. Ternyata, saat itu air laut sedang surut dan angin berhembus cukup kencang. Akhirnya, kami berdua memilih kembali ke penginapan untuk menunaikan salat Asar.


Menikmati Sore di Pantai Sarangan

Setelah salat dan beristirahat sebentar, sekitar pukul setengah lima kami kembali berjalan kaki menuju pantai. Kali ini, bukan ke Pantai Krakal yang hanya beberapa langkah dari penginapan, melainkan ke Pantai Sarangan, yang letaknya tak terlalu jauh. Pantai ini terasa lebih tenang dan tidak terlalu ramai. Pasirnya halus, anginnya tidak terlalu kencang dan ombaknya kecil, membuat suasananya terasa ramah untuk anak-anak.

Pantai Sarangan Sore Hari
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Begitu sampai, si sulung langsung berlari ke bibir pantai, bermain air dan berkejaran dengan ombak kecil yang datang silih berganti. Si bungsu pun tak kalah antusias, dia duduk bermain pasir dengan penuh konsentrasi. Saya sendiri memilih duduk santai di tepi pantai sambil menikmati udara sore yang sejuk. Di sela-sela waktu itu, saya membuka tas dan menemukan telur dadar sisa sarapan yang belum sempat dimakan. Rasanya enak, apalagi dinikmatinya sambil memandangi laut yang menenangkan.

Menikmati Suasana Pantai
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tak lama kemudian, saya ikut turun bermain bersama anak-anak. Barang-barang kami titipkan kepada adik yang memilih duduk santai di pinggir, menikmati sore yang pelan-pelan berganti warna.


Menikmati Seafood di RM Mampir Dahar

Menjelang Magrib, kami kembali ke penginapan untuk mandi dan salat. Setelah cukup beristirahat, kami keluar lagi untuk mencari makan malam. Sayangnya, malam itu tidak banyak tempat makan yang buka. Beberapa restoran yang sebelumnya saya tandai di peta ternyata tutup semua. Akhirnya, kami memilih RM Mampir Dahar, rumah makan yang terlihat paling ramai dan cukup menarik perhatian dari pinggir jalan.

Menikmati Seafood di Tepi Pantai
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tempat ini menawarkan hidangan laut segar dengan harga yang masih terjangkau. Kami memesan menu paket agar lebih praktis, dan isinya pun cukup lengkap untuk dinikmati bersama. Sambil makan, kami ditemani suara ombak dan hembusan angin laut yang sejuk.

Usai makan malam, kami kembali ke penginapan. Sebenarnya masih ingin duduk santai sejenak, menikmati suasana malam di penginapan sambil mengobrol ringan. Namun, rasa lelah perlahan mengalahkan keinginan itu. Malam itu kami memilih tidur lebih awal. Tubuh terasa letih setelah seharian beraktivitas, tetapi hati justru terasa ringan dan penuh.

Kalau kamu berencana liburan santai ke Jogja bareng keluarga, semoga cerita dua hari pertama kami ini bisa memberi inspirasi. Tunggu cerita hari-hari berikutnya, ya!


You Might Also Like

11 komentar

  1. Huwoooo, Jogjaaa🔥💪 Kota yg ngga pernah bikin bosaannn

    Apalagi kulinernya tuh aku cocookkk bgt😍 btw, mba bisa share nmr WA Driver mobil yg disewa kah? siapa tau pembaca ada yg butuh pas ke Jogjaaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya. Anak saya aja udh nanya kapan liburan. Mau ke jogja lagi katanya hahahaha

      Kemarin aku sewa mobil via Best Tour Yogyakarta. Ada di IG. Ini nomor adminnya 0811255661. Menurutku pelayanannya oke sih. Dari adminnya aja udah ramah dan informatif.

      Delete
  2. Jogjaaaa, bikin rindu euy. Dulu ke sini bareng sama calon suami. Hehehe... Kita sekeluarga nginep di sekitaran Prawirotaman. Dan mampir ke Malioboro buat cari batik jogja. Hahaha..
    Jogja itu selalu candu dan menyehatkan sekali. Karena bukan tanpa alasan sehat, lha wong keliling malioboro aja jalan kaki sampai nemu oleh-oleh bakpia pathok.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener. Wisata ke Jogja jalan kaki mulu kemana-mana. Sehat hehehe

      Delete
  3. Jadi kangen Yogya lagi. Dan cerita pertama dua hari di Yogya ini sangat menarik Mbak. Dan sebenarnya sudah tersusun rapi. Hanya sayangnya tidak sempat ke pasar Beringharjo ya Mbak. Terus pas ke mandi dan makan di cafe juga menyenangkan. Jadi penasaran dengan cerita selanjutnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa.. Sayang sekali belum sempat ke Beringharjo. Semoga bisa ke Jogja lagi dan mampir kesana 😊

      Delete
  4. Jogja selalu ngangenin 😍😍😍😍. Aku ga pernah bosen kalo kesana mbaaaaa. Padahal kampung suami di solo, tp pasti aku bakal minta nginep sebentar di jogjanya juga.

    Paling enak kalo stay di Malioboro ya, stretagis dan Deket kemana2.

    Trakhir kaki kesana, dengan temen, kami sewa motor, jadi gampang kemana2, sampe Gunungkidul juga.

    Tp nginepnya tetep di Malioboro sih. Ga pindah2 kayak mba.

    Pantai gunkid ini yg aku belum banyak eksplor, saking banyaknya haahahahah. Tp aku pernah ke Pantai timang, makan lobster dan cobain gondola yg ditarik tangan 🤣.

    Seafood2 di sana enaak sih memang, dan mostly murah. Makanya aku ga mau skip gunkid tiap ke Jogja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kemarin pengen nginap di deket pantai semalam. Jadinya pindah penginapan deh hehehehe

      Kalau pantai timang tuh lokasinya bukan di selatan ya kl gak salah. Deket wisata Goa Pindul gak sih?

      Delete
  5. Perjalanan lima hari empat malamnya bisa dapat semua ya, dari kuliner, kota sampai pantai. Pinter nih mengaturnya. Aku tertarik coba The Royal Joglo, mumpung deket pantai gitu.

    Jogja memang tidak pernah berhenti menawarkan hal menarik, seperti lagu "selalu ada sesuatu di Jogja" yang pengen kembali dan kembali lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. The Royal Joglo lumayan. Kemarin waktu kesana itu udah harga paling murah dibanding sekitar. Liburan rata-rata pada buka harga di 500rb per kamar.

      Delete
  6. Liburan santai kayak gini emang paling pas sih ya, apalagi kalo udah berkeluarga. Liburan tuh santai, gak keburu-buru sana sini tapi tetap penuh cerita hangat.Dan penginapannya jadul-jadul estetik gitu, cocok buat nostalgia vibes sambil rebahan.

    Malioboro malam hari itu kayak magnet buat semua umur. Si kecil heboh liat kuda, ortu hepi liat anak hepi, semua tertular euforia Malioboro. Aku kalo kesana paling suka nongkrong di warung pinggiran, terus beli kopi joss.. hehehe

    Krasan Café n Resto itu big surprise sisih. Kirain cuma makan siang, eh dapet bonus view, playground, dan suasananya juga teduh banget..

    Ah, jadi kangen Jogjaaa..

    ReplyDelete