Review Buku Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

November 26, 2020


Judul : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Penulis : Tere Liye

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman : 267


"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya."


Buku ini berkisah tentang kehidupan seorang anak bernama Tania, yang bermetamorfosis dari seorang pengamen jalanan menjadi seorang gadis pintar, cantik dan ambisius. Semua itu berawal saat seorang "malaikat" membantu hidupnya dan keluarganya. Pria yang mereka anggap "malaikat" itu tidak hanya menyekolahkan Tania dan adiknya, namun juga memberi uang bagi ibu mereka. Bahkan setelah beberapa saat, pria itu juga memberikan modal bagi ibu Tania untuk berjualan kue.


Tania yang saat itu masih duduk di bangku SD merasa memiliki perasaan yang berbeda kepada "malaikat" penolongnya. Akan tetapi dia masih tidak bisa menamai perasaannya. Apalagi setelah ibunya meninggal dan dia serta adiknya tinggal di rumah pria bernama Danar itu, perasaannya semakin bertumbuh seiring hari berganti. Bahkan dia merasa cemburu dengan Ratna, wanita yang dekat dengan Danar. Sayangnya Tania terus menyembunyikan perasaannya sampai akhirnya hal yang tidak menyenangkan terjadi dalam kehidupan mereka.


"Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" adalah buku pertama Tere Liye yang saya baca. Saya tertarik membaca buku ini karena judulnya yang begitu puitis. Sayangnya buku ini tidak membuat saya jatuh cinta. Bagi saya, tidak ada yang istimewa dalam buku setebal 267 halaman ini. Padahal sudah lama saya penasaran sehebat apa tulisan Tere Liye yang bukunya sering menjadi best seller itu. Sayang sekali buku pertama yang saya baca tidak meninggalkan kesan yang mendalam.


Akan tetapi bukan berarti bukunya tidak bagus, ini hanya masalah selera yang berbeda. Bagi kalian yang suka buku dengan tema slice of life buku ini layak dibaca. Namun jangan berharap romantisme manis dalam buku ini karena kalian tidak akan menemukannya. Meskipun saya tidak terlalu suka alur dan gaya berceritanya, tapi harus diakui buku ini banyak menyimpan pelajaran hidup yang disajikan dalam kalimat-kalimat bijak di sepanjang ceritanya. Ini beberapa kalimat bijak yang saya suka.


"Kehidupan terus berlanjut. Ketika kau kehilangan semangat, ingatlah kehidupan ini seperti daun yang jatuh, biarkanlah angin yang menerbangkannya."


"Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah kemana. Dan kamu akan mengerti, akan memahami dan akan menerima."


"Hidup harus terus berlanjut, dalam bentuk apapun"


"Kebaikan itu seperti pesawat terbang, Tania. jendela-jendela bergetar, layar tv bergoyang, telepon genggam terinduksi saat pesawat itu lewat. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas. Bagai garpu tala yang beresonansi, kebaikan menyebar dengan cepat."


Sekian ulasan saya tentang buku Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Ini ulasan buku pertama yang saya tulis di blog ini. Terima kasih sudah mampir. Selamat membaca!

You Might Also Like

4 komentar

  1. Coba baca Rembulan Tenggelam di wajahmu deh, itu novel Tere Liye yang rekomen menurutku.
    Kalo Daun yang Jatuh gak terlalu sreg, biasa aja 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Okeyy.. Nanti coba dibaca ya. Terima kasih rekomendasinya ☺️

      Delete
  2. Hai, kita sama. Saya sangat tertarik dengan buku ini karena judulnya yang filosofis dan masuk di akal. Namun ketika memutuskan untuk membuka lembarannya... ternyata tidak begitu menarik bagi pribadi, bukan karena buku ini tidak menarik. Benar, lagi-lagi ini soal selera. Tapi sampai sekarang, saya masih amat suka dengan judul bukunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata ada yg berpikiran sama juga seperti saya. Judulnya memang sangat menggoda untuk dibaca hehhehe

      Delete