Liburan Sekolah ke Malang Raya (Bagian 2)

May 15, 2025


Sudah lebih dari empat bulan sejak tulisan Liburan Sekolah ke Malang Raya (Bagian 1) tayang. Baru sekarang saya sempat menyelesaikan bagian keduanya. Di bagian kedua ini, saya akan berbagi cerita tentang perjalanan selama tiga hari dua malam di Kota Malang, kota yang selalu memiliki tempat paling istimewa di hati saya.

Lalu, bagaimana kelanjutan cerita liburan kami di hari ke-6, ke-7, dan ke-8? Yuk, simak ceritanya di bawah ini.


Menuju Malang dan Mengunjungi Makam Bapak

Pagi sebelum salat Jumat, kami menyempatkan diri membeli oleh-oleh di Agronas Gizifood yang lokasinya tidak jauh dari rumah Ibu. Sebenarnya, dari segi rasa, saya lebih menyukai oleh-oleh dari Harum Manis. Namun, karena lokasinya terlalu jauh, saya memilih tempat yang dekat.


Agronas Gizifood
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Oleh-oleh tersebut tidak kami bawa pulang. Sebagai gantinya, kami meminta pihak toko untuk langsung mengirimkannya ke alamat saya di Bandung. Ini adalah tips praktis bagi kalian yang membeli banyak oleh-oleh tetapi tidak ingin repot membawanya sendiri.

Sekitar pukul 13.30 WIB, saya, suami, anak-anak, dan adik-adik sudah bersiap berangkat ke Malang untuk ziarah ke makam Bapak. Sayangnya, mendapatkan taxi online tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa kali pesanan ditolak, bahkan ada driver yang awalnya menyanggupi namun tak kunjung datang. Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya kami berhasil mendapatkan mobil. 

Alhamdulillah, meskipun jalanan padat, perjalanan berjalan lancar tanpa kemacetan berarti. Kami tiba di tujuan sekitar pukul 16.30 WIB dan langsung menuju rumah sepupu untuk menitipkan barang-barang sebelum berziarah. Sayangnya, sepupu saya masih di kantor dan harus lembur, jadi saya hanya bertemu anak-anaknya.

Ziarah ke Makam Bapak
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sepulang dari makam, saya kembali ke rumah sepupu dan mengobrol dengan keponakan. Saya juga sempat mampir ke rumah istri Bapak, tetapi beliau sedang tidak ada di rumah. Usai salat Magrib kami semua pamit pulang. Adik bungsu saya pulang ke rumah Ibu, adik kedua melanjutkan perjalanan ke Surabaya, sementara saya, suami dan anak-anak menuju rumah sepupu suami.

Sesampainya di rumah sepupu, kami langsung diajak makan malam. Usai makan, kami sempat mengobrol sejenak sebelum diantarkan ke rumah singgah untuk beristirahat. Ya, kami tidak menginap di rumah utama. Mereka meminjamkan rumah kosong di sebelahnya yang memang diperuntukkan untuk sewa. Tentu saja lebih nyaman seperti itu karena privasi masing-masing lebih terjaga.

Buat yang mencari tempat menginap dengan harga bersahabat bisa cari di google maps "Rumah Piknik Malang".

Kami bisa menginap di rumah sepupu karena Papa mertua sempat bercerita kepada mereka bahwa kami akan mudik. Saat mereka menghubungi kami, kami mengatakan akan mampir ke rumah mereka saat di Malang. Tanpa ragu, mereka langsung melarang kami mencari penginapan dan menyarankan untuk menginap di rumah mereka saja. Alhamdulillah, bisa menghemat biaya penginapan selama dua malam.


Lapangan Rampal, Alun-Alun Malang dan Ovenmuni

Usai sarapan di rumah sepupu, kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Sawojajar dengan motor pinjaman. Kami mengelilingi kawasan hingga ke Bandara Abdul Rachman Saleh, melanjutkan perjalanan ke Velodrom, dan akhirnya nyasar sampai ke pintu tol. Setelah itu, kami bingung harus kemana lagi, hingga akhirnya memutuskan untuk singgah sejenak di Lapangan Rampal.

Gerbang Bandara Abdulrachman Saleh
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sesampainya di sana, kami memarkir motor dan mencari tempat duduk untuk makan kue yang tadi kami beli di perjalanan. Kami mendapatkan kursi di bawah pohon rindang. Nyaman sekali duduk di sana sambil menikmati aneka kue basah.

Sudah lama sekali saya tidak menginjakkan kaki di lapangan rampal, terakhir rasanya saat SMP. Kini, kondisinya sudah jauh lebih baik.

Lapangan Rampal Siang Hari
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah makan kue, kami memutuskan untuk berjalan mengelilingi lapangan hingga sampai di tulisan “I❤Rampal”. Di sana, si sulung sempat berfoto-foto sejenak sebelum kami kembali. Sebelum pulang, kami membeli es kelapa muda dan tempe mendoan.

Kami sampai di Sawojajar sudah tengah hari. Sebelum kembali ke rumah, kami memutuskan untuk membeli makan siang. Anak-anak dan suami membeli ayam krispi, sementara saya memilih rujak cingur, salah satu makanan wajib saat mudik.

Rujak Cingur, Serabi dan Petulo
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Usai membeli makanan, kami kembali ke rumah untuk beristirahat sejenak. Sore harinya, kami akan lanjut jalan-jalan ke alun-alun untuk bertemu dengan senior saya saat SMA dulu.

Selepas salat Asar, kami berangkat menuju alun-alun. Di sana, saya sudah janji bertemu dengan senior saya. Sambil menunggu, anak sulung saya membeli mainan gelembung sabun dan memainkannya dengan bersemangat, sementara si adik tertidur di gendongan.

Alun-Alun Malang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sekitar 15 menit kemudian, senior saya tiba bersama suami dan anaknya. Ia membawakan cwimie dan pia mangkok sebagai oleh-oleh. Anaknya langsung asyik bermain dengan anak sulung saya, sementara saya dan senior mulai mengobrol.

Pertemuan Singkat yang Berkesan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah bosan bermain gelembung sabun, anak-anak pindah ke playground sederhana yang ada di sana. Mereka bermain hingga menjelang Magrib, sebelum akhirnya mereka berpamitan. Pertemuan yang singkat namun cukup untuk melepas rasa rindu setelah bertahun-tahun tidak bertemu.

Pulang dari alun-alun, sebenarnya saya ingin membeli ronde Titoni. Namun, karena perut masih terasa kenyang setelah makan petulo sore tadi, saya batal membelinya. Kami pun melanjutkan perjalanan mencari masjid untuk melaksanakan salat Magrib.

Kenapa tidak salat di Masjid Jami dekat alun-alun? Saat itu sedang ada acara, sehingga masjid sangat ramai. Kami pun memutuskan mencari masjid lain yang lebih sepi. Setelah berkeliling di sekitar alun-alun, akhirnya kami memilih salat di Masjid Jendral Ahmad Yani. Sekali lagi, saya bernostalgia karena terakhir kali saya salat di sana adalah saat SMA.

Usai salat Magrib, kami langsung menuju kafe Ovenmuni untuk membeli quiche pesanan kakak. Kami pun beranjak ke kawasan Jalan Kawi. Melewati Alun-Alun Tugu, Kayutangan, dan Jalan Kawi di malam hari terasa begitu menenangkan. Suasana yang membangkitkan memori serta kerinduan akan kampung halaman yang telah lama saya pendam.

Ternyata, Ovenmuni hanyalah sebuah kafe kecil di deretan tempat makan dan restoran di sepanjang Jalan Kawi. Kami bahkan harus berputar dua kali sebelum akhirnya menemukan lokasinya di samping Dea Cakery. Meskipun kecil, interior kafe tersebut terasa cukup nyaman dan homey.

Ovenmuni dan Menu-menunya
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Selain membeli quiche pesanan kakak, kami juga menyempatkan diri untuk nongkrong sejenak. Saya makan puding, anak sulung memilih cromboloni, dan suami memesan minuman jeruk. Sudah lama sekali tidak menikmati malam minggu di Kota Malang. Malam itu, makan bersama keluarga di kafe Kota Malang benar-benar terasa istimewa.

Sepulang dari jalan-jalan, kami beristirahat di rumah sambil menikmati cwimie yang dibawakan oleh senior saya tadi. Meskipun sudah agak dingin, rasanya tetap lezat. Terlebih lagi, sudah lama sekali saya tidak makan cwimie.


Car Free Day dan Lontong Kupang

Hari itu adalah hari terakhir kami di Malang. Sore harinya, kami harus kembali naik kereta menuju Bandung. Pagi itu, kami semua segera bangun dan mandi karena saudara kami mengajak jalan-jalan pagi ke CFD (Car Free Day) di Jalan Ijen. Acara ini hanya ada setiap Minggu.

Sudah lama sekali saya tidak mengunjungi CFD di Jalan Ijen. Terakhir kali mungkin saat masih kuliah. Maka, saya pun sangat bersemangat pergi ke sana. Lagi pula, acara ini memang sudah masuk dalam daftar kegiatan wajib di agenda pulang kampung tahun itu.

Belasan tahun berlalu, ternyata konsep CFD di sana sudah banyak berubah. Jika dulu di sekitar stadion ada bazar makanan, kini hanya sedikit penjual yang terlihat. Karena belum sarapan dan si sulung mulai mengeluh lapar, akhirnya kami membeli steak ayam di gerai pinggir jalan milik Ranch Market. Setelah itu, kami mencari tempat duduk di sepanjang Jalan Ijen dan menemukan kursi di depan Museum Brawijaya.

CFD Jalan Ijen
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Usai makan, jajan, berjalan-jalan, dan berfoto-foto, kami pun beranjak pergi. Sebenarnya, agenda saya setelah dari Ijen adalah berkunjung ke Pasar Oro-Oro Dowo. Namun, sepupu mengajak kami ke Jalan Raya Langsep untuk berjalan-jalan dan membeli sarapan.

Gado-gado, Pangsit Mie, Lontong Kupang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di sana, mereka membeli gado-gado. Suami saya ikut memesan gado-gado, tetapi karena saya sudah makan gado-gado di Pasar Batu, pagi itu saya memilih makanan incaran lain, yaitu lontong kupang. Sementara itu, anak-anak menikmati pangsit mi. Semua makanannya lezat, jadi meskipun tidak jadi ke Pasar Oro-Oro dowo, saya tetap senang. Jika kalian penasaran dengan tempatnya, cari saja Gado-Gado Langsep Pak Wanto.

Setelah sarapan, kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Awalnya, saya berencana janjian dengan Ibu untuk berziarah ke makam kakek, buyut, pakde, dan kerabat lainnya di Muharto. Namun, ternyata waktunya tidak cukup. Akhirnya, Ibu langsung menuju rumah sepupu suami di Sawojajar.

Tahu Campur Untuk Makan Siang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Masih ada dua makanan yang ingin saya beli tetapi belum sempat terbeli, yaitu tahu campur dan pukis Madonna. Tahu campur akhirnya saya pesan secara online untuk makan siang, sedangkan pukis Madonna saya minta belikan kepada Ibu sambil jalan. Alhamdulillah, hampir semua makanan yang saya inginkan saat mudik berhasil didapatkan. Tinggal ronde, angsle, dan kacang kuah saja yang belum. Semoga mudik berikutnya saya bisa mencicipinya.

Sore harinya, usai salat Ashar, sepupu mengantar kami ke Stasiun Malang dengan mobil. Ibu juga ikut mengantar menggunakan motor karena sekalian pulang. Akhirnya, petualangan saya di Kota Malang pun usai. Senang bisa berkumpul bersama keluarga besar, baik dari pihak saya maupun suami. Alhamdulillah dikelilingi orang-orang yang baik dan sayang.

Terima kasih semuanya. Semoga tahun ini masih ada kesempatan untuk pulang lagi dan melepas rindu.


You Might Also Like

26 komentar

  1. Wahh ternyata Mbak Asri Arema juga ya. Sayang pas mudik beberapa waktu lalu kita belum kenal, semoga di kesempatan berikutnya bisa kopdaran. Pukis Madonna emang enakk, langsung kebayang aromanya. Pas mudik emang puas-puasin makan makanan khas Jatim seperti rujak cingur dan Kupang lontong yaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo kapan-kapan kopdar kalau aku ke Malang lagi ya Mbak. Kulineran kita hehehe

      Delete
    2. Waa kalau kopdaran ikut aku he tapi karena aku jauh di Depok, janjiannya jauh-jauh hari ya Mbak. Udah lama nggak ke Malang, kangen juga ke sana, sempet tinggal beberapa bulan di Kepanjen Mbak dulu aku, ngikut suami kerja. Kalau ke Malang selain ke Batu aku pengen juga nengok Kepanjen :)

      Delete
  2. Kapan ke Malang lagi mbak? Nanti kita meet up ya. Biar aku yang ke malang, sekarang surabaya malang makin mudah dgn akses tol. Nanti sekalian ketemuan sama umi rella, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih kita belum pernah ketemuan. Seru nih kl ketemuan sama mbak Rella juga. Nanto dikabari lagi kl mudik ya 😁

      Delete
  3. Iya ya mbak, area Jatim, kek Malang masih kurang ramah transum, tapi masih kebantu kendaraan online. Di Malang sebenarnya mayan ramai sih ya, tapi lebih ke pusat kota atau tempat rekreasi di mana mereka bisa mudah bolak-balik ya, kalau agak jauhan kyknya drivernya masih pilih2.
    wah tips bagus nih mbak kalau beli oleh2 yang sekiranya tahan lama kirim langsung ke rumah aja ya ketimbang kita usung2 sendiri hehe.
    Alun2 malang emang lokasi paling strategis buat janjian ya kyknya :D
    Kalau mau sholat juga tinggal nyeberang ke masjid, mau ngopi ngemil tinggal nyari kafe2an terdekat.
    jadi kangen deh ke malang lagi, udah lama sekali tak ke sana.
    CFD-nya justru di ijen ya mbak, kirain bakalan sekitaran alun2 gtu hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak. Di Malang transpornya angkot doang yang aku tau. Sama bis tapi nggak dalam kota. Udah lama juga nggak naik trasportasi umum di Malang. Kayanya terakhir naik angkot pun udah bertahun-tahun yang lalu hahahaha...

      Iya alun-alun strategis. Mau makan tinggal jalan ke kayutangan udah banyak pilihan.

      Delete
  4. Seru banget perjalanan liburannya sekalian melepas rindu pada kampung halaman ya.. makan makanan kesukaan sungguh berharga momennya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak. Liburan ke kampung halaman emang paling nikmat. Ketemu keluarga, menikmati makanan khas daerah, dan wisata sekitar.

      Delete
  5. eh, baru tahu kalo bisa minta toko unruk kirim oleh2 langsung ke alamat. astagaaa, ini ngenantu banget sih. baru kepikiran wkwk

    btw, kue2 di ovenmuni ini kok nampaknya menggoda bangeeet. aku suka jajanan manis begini wkwk. jadi pengen ke sana.

    cfd nggak ada jual makanan? wah, padahal kalo di Surabaya penjual makanan berjajar. bahkan bisa dibilang inti dari cfd sendiri adalah njajan wkwk.

    ReplyDelete
  6. Baca ini aku mengamini bagian akhirnya mbak, karena memang menyenangkan banget ya kalau pulang ke rumah itu, beneran bisa bercengkerama dengan keluarga besar serta nostalgia.

    Asiknya kalau ada saudara memang kayak gini yaa, bisa menghemat biaya penginapan, ihihi. Aku pun kalau ke Semarang sama anak-anak, pengennya nginep di sepupunya suami. Selain untuk menghemat, suami dan sepupunya juga memang dekat, plus kami juga mau anak-anak mengenal saudaranya yang banyak itu. Walaupun mungkin bakal lupa lagi, tapi kalau ketemu, mereka pasti bakal cepet deket sih ya, hehe.

    Tipsnya menarik banget, beli oleh-oleh, langsung kirim ke rumah. Jadi gak usah berat-berat bawa sepanjang perjalanan pulang. Kok aku baru kepikiran karena baca ini yaa, ahaha.

    ReplyDelete
  7. Malang juga menyimpan kenangan manisku bersama teman-teman SMAku. Meski aku kuliahnya di Madura, tapi beberapa temanku kuliah di Malang. Jadi sering main sama mereka di sana.

    Sekarang juga masih lumayan sering main ke Malang akutuh.

    Semoga ada kesempatan buat ketemuan

    ReplyDelete
  8. Saat mudik memang waktu paling pas untuk kulineran ya mba. Aku lakuin juga tiap mudik ke solo dan medan.

    Naah samaaa tuh. Kalo beli oleh2 aku jiga lebih sika mereka kirim,langsung ke jkt drpd aku yg bawa2. Berat dan ngerepotin. Udh paling enak kalo fikirim langsung ke rumah.

    Duuuh cwi mie ini yg aku blm rezeki nyobain mba 😍. Waktu itu sempet ada seller yg jual dan tiap PO pasti abis mulu. Makanya aku ga kebagian tiap dia PO. Eh tau2 orangnya pindah.

    Tapi untk lontong kupang, ini aku belum bisa nikmatinnya 😅😅. Sekali nyobain di restoran jawa timuran di jakarta, tapi mohon maaf, amiiiis bangetttt. Aku cuma 1 sendok sanggubnya, trus ga bisa ngabisin. Untung asisten mama mertua doyan. Jadi ga kebuang.

    ReplyDelete
  9. Kalau sudah pulang kampung, maka nggak ada alasan untuk nggak mencicip kuliner kenangan ya Mbak. Hehhe...

    Aku sering banget olahraga pagi di rampal, meski kalau musim kemarau gini berdebu banget. Dan sekarang tuh di rampal ada playground-nya. Jadi bisa piknik sekalian jaga anak di sana. Hehhee.. 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha bener banget mbak. Aku pun kalau pulang kampung nih ya pastinya akan makan makanan khas yang susah dijumpai di domisiliku sekarang.

      Asyek banget bisa CFD-an di kampung halaman. Owalah jadi sekarang jarang ya booth makanannya. Berarti emang cari makannya sekalian agak jauhan pas berangkat atau pas balik ya.

      Jalan Ijen tuh kalau gak salah yang kawasan rumah2 lawas dan besar2 bangunannya itu ya mbak?

      Delete
  10. Kebayang harum aroma pukis Madonna, memang the best ini. Tapi rujak cingur yang di situ aku belum pernah coba. Kapan-kapan coba ahh, makasih rekomendasinya.
    Malang emang ngangenin yaa terutama kulinernya.

    ReplyDelete
  11. Daku tuh sempat berpikir, kenapa ya kalau CFD-an kulinernya itu menggiurkan hehe. Kayaknya tuh aneka menu tersaji lengkap yang bikin kita pengen nyobain semua. Apalagi pakai nama menu yang unik, kayak Pukis Madonna, cuss kak Asri datang lagi ke sana, jangan lupa fotoin biar daku melihatnya hehe

    ReplyDelete
  12. Waaaainiiiiii..... Serasa ikut jalan-jalan dan nostalgia juga nih sama suasana Kota Malang yang emang ngangenin banget. Salut deh, meskipun sempat drama nunggu taksi online dan driver batal-batal, akhirnya bisa lancar sampai tujuan dan ziarah ke makam Bapak.
    Anyway, ide titip oleh-oleh buat dikirim langsung ke Bandung itu brilian banget! Jadi nggak rempong bawa tentengan banyak ya. Terus, beruntung banget bisa dapat tumpangan gratis dan menginap di Rumah Piknik Malang punya sepupu. Hemat budget dan privasi tetap terjaga. Senangnya! Ditunggu nih cerita kuliner ronde Titoni, angsle, dan kacang kuah di mudik selanjutnya!

    ReplyDelete
  13. Liburan yang manis dan Sangat berkesan Mbak. Apalagi di kampung halaman yang memang penuh nostalgia ya. Jadi setiap momen begitu indah dan menyenangkan. Nah tips keren nih saat akan membeli oleh-oleh ya. Jadi beli saja di toko oleh-oleh lalu minta tolong dikirimkan. Jadi tidak repot tenteng-tenteng lagi saat perjalanan pulang. Kecuali kalau membawa mobil sendirii

    ReplyDelete
  14. kata ibu kantin di sekolah saya yang orang Malang asli, kata dia kalau ke Malang belum lengkap rasanya jika belum makan tahu campur. Tahu campur itu enaak katanya...naah saya sekarang baru lihat nih penampakan tahu campur di postingan mbak Asri ini. Senang sekali ya mba, pulang kampung sambil dejavu kuliner masa lalu.

    ReplyDelete
  15. Duh, seru banget liburan ke Malangnya! Rasanya hangat sekaliiii, kayak ikut jalan bareng dari pagi beli oleh-oleh sampai malam nongkrong di Ovenmuni. Bagian nostalgia ke tempat-tempat lama juga bikin pengen ke sana karena dulu aku kalau ke Malang kayak cuma transit aja belum sempat explore banyak, seringnya stay lama di Batu. Terus kuliner CFD nya si Lontong Kupang menarik banget, auto ngiler deh! 😆

    ReplyDelete
  16. Liburan berkesan ya Mbak karena pulang kampung rasanya nostalgia banget pasti dan bisa cicipin makanan yang dikangenin

    ReplyDelete
  17. Wah kalau ke Malang kudu samperin Ovenmurni nih
    Baru tahu ada ini dan sepertinya enak enak semua ya menunya
    Bakalan jadi perjalanan liburan menyenangkan kalau ajak anak sekalian

    ReplyDelete
  18. Sungguh sebuah perjalanan yang sangat mengesankan bukan hanya nostalgia tapi juga bisa berkunjung ke peristirahatan terakhir orang yang dicintai dan yang pasti bisa mengenalkan keluarga ke tempat-tempat kuliner yang dirasakan penting supaya bisa membuat memori memori baru di kemudian hari yang pasti tidak akan lupa selamanya

    ReplyDelete
  19. Masha Allah, momen mudik dan liburan yang penuh kesan baik sekali ya mba. Bisa kembali mencicipi aneka makanan Malang dan menyambangi beberapa tempat memorable yang semakin bagus serta nyaman juga.

    We time bersama keluarga sembari kulineran hingga CFD an bareng, senangnya. Barakallah, banyak orang baik yang mengelilingi ya. Bahkan bisa meet up sama senior semasa SMA. Ini keren banget sih asli.

    ReplyDelete
  20. Aku suka Alun-Alun Malang dan Jalan Ijen, tata jalannya kayak bulevar gitu yang lebar dan diapit pohon-pohon palem tinggi. Beberapa tahun lalu ke sana, kayaknya nggak banyak berubah ya.

    Ah, Lapangan Rampal itu mengingatkanku dengan sebuah lapangan serupa di dekat rumah di Jogja.

    ReplyDelete