Siapa yang Jadi Juaranya: Rectoverso, Filosofi Kopi Atau Madre?

March 25, 2021



Review buku? Jujur saja saya bingung mau menulis review tentang buku apa ketika tiba-tiba nama saya muncul dari "roda berputar" itu. Saya belum pernah menulis review buku secara mendalam seperti yang sering saya baca di blog atau website orang.  Biasanya saya hanya mereview secara garis besar. Jadi mohon maaf jika review buku saya kurang memuaskan. 😁

Tulisan ini saya buat untuk memenuhi tugas Rumbel Menulis Ibu Profesional Batam. Setelah berpikir lama, akhirnya saya memutuskan mereview beberapa buku yang saya baca ulang di bulan Mei 2020. Sebetulnya saya ingin membahas novel yang terakhir saya baca, yaitu The Golem's Eye, buku kedua dari The Bartimaeus Trilogy. Namun novel tersebut masih "ongoing". Saya baru membacanya sampai halaman 127 dari total 624 halaman. Jadi kita pilih buku yang lain saja.

Buku yang akan saya bahas adalah buku-buku dari penulis favorit saya, Dewi Lestari atau yang dikenal dengan nama pena "Dee". Ada 3 buku dari Dee yang saya baca di bulan Mei lalu. Ketiganya adalah kumpulan cerpen: Rectoverso, Filosofi Kopi, dan Madre. Saya membacanya karena saat itu mendapat tugas untuk menulis cerpen dan novelet, sehingga saya merasa ketiga buku itu bisa dijadikan referensi. Saya yakin sudah banyak teman-teman yang mengenal bahkan membaca buku-buku tersebut, apalagi ketiga buku itu juga sudah diangkat ke layar lebar, tapi izinkan saya tetap membahasnya dari sudut pandang saya.

RECTOVERSO
Cover Buku Rectoverso
Rectoverso itu bukan hanya buku. Rectoverso adalah hibrida dari kumpulan kisah cinta dan playlist lagu romansa. Jadi proyek Rectoverso ini ada dalam bentuk buku dan juga CD lagu.  Dalam bukunya sendiri, yang berjumlah 185 halaman, ada 11 cerita dan 11 lirik lagu dengan judul yang sama, yang saling berkaitan. Saya senang sekali membaca bukunya sambil mendengarkan lagu-lagunya, apalagi saat hari hujan. Rasanya saya tenggelam dalam setiap ceritanya.

Setiap cerita, setiap lagu, begitu mengena di dalam hati. Namun favorit saya tetap jatuh pada sebuah kisah dan lagu dengan judul "Curhat Buat Sahabat". Curhat Buat Sahabat bercerita tentang seorang perempuan yang sedang putus cinta, lalu mengundang sahabatnya untuk menemaninya dan mendengar curhatnya. Sang sahabat yang begitu setia tetap datang meskipun sedang sakit. Ide ceritanya sangat sederhana, namun bisa membuat pembaca larut di dalam kesederhanaan itu.

Begitu pula dengan 10 cerita lainnya. Ide yang diangkat semuanya sederhana. Seperti pada cerita yang berjudul "Peluk". Dalam ceritanya hanya digambarkan perasaan sepasang kekasih yang memutuskan berpisah. Kisah itu hanya menggambarkan satu adegan perpisahan saja, namun bisa begitu mengena. Begitu juga dengan "Selamat Ulang Tahun" yang bercerita tentang usaha seseorang untuk mengucapkan, dan seseorang yang menanti ucapannya. Biasa namun tidak biasa. Begitulah rasanya ketika membaca buku ini.

FILOSOFI KOPI
Cover Buku Filosofi Kopi

Sama seperti buku Rectoverso, buku Filosofi Kopi juga merupakan sebuah kumpulan cerita. Ada 16 cerita dalam buku ini, tapi yang paling utama adalah cerita Filosofi Kopi itu sendiri. Sedikit berbeda dengan Rectoverso yang kental dengan hawa "Cinta", cerita dalam Filosofi Kopi ini terasa lebih beragam.

Filosofi kopi bercerita tentang sepasang sahabat, Jody dan Ben yang membuka sebuah kedai kopi bersama. Ben sebagai Barista yang berinteraksi langsung dengan para pelanggan dan Jody sebagai keuangan merangkap "kasir". Kedai mereka sangat laris karena kopi buatan Ben yang terkenal enak, bahkan ada yang bilang kopi racikannya sempurna.

Sampai pada suatu hari ada seorang bapak yang datang ke kedai mereka dan berkata bahwa kopinya hanya "enak". Ada kopi yang lebih enak dari buatan Ben di luar sana. Ben terpukul dengan kenyataan itu dan memaksa Jody menutup kedai dan pergi mencari kopi yang katanya lebih enak itu. Berbekal informasi seadanya dari bapak tersebut, mereka pun melakukan perjalanan mencari kopi itu.

Dari 16 cerita ini yang membuat saya terkesan dan terus terngiang-ngiang hanya cerita pertama "Filosofi Kopi" dan cerita terakhir "Rico de Coro". Cerita terakhir ini mengisahkan seekor kecoak yang jatuh cinta kepada seorang gadis. Ya benar. Seorang gadis. Seorang manusia. Bayangkan seekor kecoak jatuh cinta kepada manusia! Hebat kan? Siapa yang bisa melupakan cerita semacam itu.

MADRE
Cover Buku Madre

Buku Madre yang saya ingat ada dua versi. Versi pertama adalah sebuah kumpulan cerita seperti Rectoverso dan Filosofi Kopi. Di dalamnya terdapat 13 cerita termasuk Madre. Lalu setelah Madre diangkat ke layar lebar, cerita Madre kembali diterbitkan dalam bentuk novelet. Nah, yang saya baca ulang kemarin adalah versi noveletnya. Isinya hanya cerita Madre saja.

Madre sendiri berkisah tentang Tansen. Seorang surfer di Bali yang tiba-tiba harus datang ke Jakarta karena mendapat warisan dari orang tidak dikenal. Warisan itu berupa kunci. Kunci itu membawanya pada sebuah toko roti legendaris bernama Tan De Baker. Di toko tersebut dia bertemu dengan seorang "mantan" karyawan toko roti tersebut yang bernama Pak Hadi.

Awalnya saya pikir Tansen mendapat warisan toko roti tersebut. Ternyata saya salah. Warisan Tansen ada di dalam lemari pendingin yang kuncinya diwariskan kepadanya, dan isi lemari pendingin tersebut adalah adonan biang roti. Tentu saja Tansen bingung untuk apa dia mewarisi adonan biang tersebut. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Mei, seorang gadis pebisnis yang dikenalnya dari blog. Tansen memang rutin menulis pengalaman hidupnya di sebuah blog dan Mei mengaku sebagai salah satu fansnya. Pertemuan tersebut membuatnya sadar akan pentingnya adonan biang tersebut. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk Mei, Pak Hadi dan toko roti Tan de Baker yang sudah lama mati suri.

Saya suka cerita Madre karena menyadarkan saya bahwa sesuatu yang berharga itu tidak selalu tampak berharga pada awalnya. Namun bisa jadi setelah kita tahu kelebihannya, barulah kita tahu bahwa sesuatu itu tidak seperti yang kita pikirkan pada awalnya. Bisa jadi sesuatu itu malah menjadi hal yang sangat berharga dan membawa kebaikan dalam hidup kita.

Jadi apakah teman-teman semua sudah membaca buku ini? Buku mana yang menjadi favorit kalian? Kalau buat saya, Rectoverso yang jadi juaranya. 😉


You Might Also Like

19 komentar


  1. Baca judul ini langsung pengen ikutan nyanyi, malaikat juga tahu, aku yang jadi juaranyaa. Sayang sekali daku belum baca buku Rectoverso. Tapi sudah nonton film Madre (akting Vino Bastian bagus banget). Kalau filosofi kopi baru baca cerpen pertama aja dan plot twist bener.

    ReplyDelete
  2. Ketiganya pernah aku baca dan Filosofi Kopi emang ciamik banget. Semua ceritanya mengesankan pun dengan Madre, aku suka banget sama cara mba Dee bercerita beneran kaya dan bisa membaca pembaca merasa ada di tempat tokoh utama.

    Untuk Rectoverso mesti ku baca ulang sepertinya. Soalnya udah agak lupa juga ceritanya terkait apa saja.

    Menyenangkan sekali bisa bertemu ketiga buku di tulisan mba. Jadi kembali mengingat saat hobi banget baca novel. Soalnya beberapa tahun ini asupan novel ku dikit sekali. Banyakan fokus baca buku self development hehehe.

    ReplyDelete
  3. Aku kayaknya prefer Rectoverso juga.
    briliant bangettt Dee dalam menelurkan karya.
    beneran "pakai hati" bangettt.
    kalo ngga kliru, 'Malaikat Juga Tahu" jadi OST omnibus film Rectoverso

    ReplyDelete
  4. Aku jujur nya ya mba, sejak baca Supernova, dan ga mudeng, agak malas baca buku2 nya dee. Krn aku mikirnya bakal berat juga kayak Supernova. Supernova aja aku ga tamatin, saking ga ngerti ceritanya apaan sih 😅😅.

    Tapiiii madre aku dpt bukunya langsung dari mba dee, pas dia datang ke bank tempat suamiku kerja. Ada event sih. Dan dia bawa buku madre yg versi kumpulan cerita. Ditandatangani. Akhirnya aku baca lagi, dan sukaaaa cerita ttg madrenya thok. Cerita lain, ntah kenapa aku ga sreg ,🤣.

    Baru tahu loh ada cerah kedua yg hanya ttg madre. Berarti lebih detail yaaa..

    Filosofi kopi setelah baca review mba, kok kayaknya menarik. Coba aku cari deh .apalagi ada filmnya. Mendingan nonton filmnya aja apa 😅

    ReplyDelete
  5. Mbak, aku aDEEction, pembaca buku-buku Dewi Lestari, meski yang Rapijali belum kubaca karena kesibukan, he. Iya aku juga udah baca ke 3 buku ini, hm...di luar filmnya (kita anggep aja sementara filmnya belum ada gitu ya) aku suka Filosofi Kopi dan Madre. Filosofi Kopi itu menyenangkan penuh gejolak jiwa muda, buat dibaca tapi Madre itu unik. Aku menikmati premisnya dan cerita pembukanya dan menurutku lebih penuh makna . Tapi ini soal selera aja sih ya. Buku-bukunya Dee emang bikin candu :D

    ReplyDelete
  6. Aku belum pernah sekalipun baca buku karya mb Dee, entah kenapa pernah baca salah satu karyanya dan ngerasa gak terlalu suka. Ya, mungkin ini bukan soal jelek atau bagus, tapi karena bukan selera yang aku suka aja.

    ReplyDelete
  7. Aku baru selesai baca yang Rectoverso mbak, 2 buku yang lain belum kubaca sih. Penasaran sebetulnya pengen baca tapi belum kusempatkan untuk membacanya. Nanti kalau udah baca kubuat resumenya juga di blog

    ReplyDelete
  8. Waah.. aku juga salah satu penggemar tulisannya Dee, dan setujuuu banget kalau Rectoverso punya nuansa yang paling menyentuh, apalagi kalau dibaca sambil dengerin lagunya, rasanya dalem banget. Selain itu, aku punya juga buku Madre seru juga. Kalau Filosofi Kopi cuma nonton filmnya hehe.

    ReplyDelete
  9. Dari ketiganya aku belum membaca semuanya mbaa..yang aku tahu cuma filosofi kopi karena diangkat layar kaca dan hits pada saat itu...
    Hanya satu buku dee yang aku baca yaitu rapijali 1 dan masih menunggu yg ke 2 dan 3 hehehe,,,
    Kenapa aku gak pernah membaca karya dee lainnya karena dulu sempet denger cerita temen2 kal buku dee itu berat jadi membacanya perlu konsesntrasi makanya mau beli jug amaju mundur,,dan akhirnya cobain rapi jali ini karena saat itu lg diskon hehe dan ternyata menarik ceritanya makanya jadi penasaran yg ke 2 dan 3 :)

    ReplyDelete
  10. Saya awalnya membaca vpen Dewi Lestari itu di majalah remaja MODE, Mbak. Cerpen itu adalah Rico De Coro. Jadi cerpen itu awlanya dimuat di majalah remaja. Kalau saya ga salah ingat tahun 1993 atau 1994. Saat Dee masih sangat eksis nyanyi di Trio Rida sita Dewi.
    Dan secara garis besar tiga buku ini adalah kumpulan cerita ya, Mbak. Termasuk buku terbarunya yang juga kumcer 'Tanpa Rencana'. Kebetulan saya nonton saat Dee jadi bintang tamu di procast Ferdy Element.

    ReplyDelete
  11. Buku Madre ini pengen daku baca. Soalnya belum nonton filmnya maupun baca yang antologi kumpulan ceritanya. Walau entah bakalan nyambung atau nggak ya, daya nalar saya dengan karya²nya Dee Lestari hehe. Akibat pernah baca novel beliau yang berseries 1-6 itu tapi sayanya gak mudeng wkwkwk.

    ReplyDelete
  12. Jujur aku sampe sekarang maju mundur mau baca bukunya Dee. Kayak belum nemu kliknya sih. Kalau ada satu buku yang bikin aku nancep rasanya sulit ya, kayak semua tuh ngajarin hal² yang perlu dikatahui tapi kita nggak sadar aja.

    Hmm.. salah satu yang kuingat dan sampe sekarang kusuka itu salah satu bukunya penyitas Genosida Nazi aku lupa nama penulisnya tapi judulnya 'The Man Search For Meaning'. Buku itu yang buat aku ketampar bahwa di mana pun kenyataan nggak pernah ada yang namanya bahagia karena bahagia itu diciptakan bahkan dalam kondisi tidak menyenangkan sekalipun. ❤️❤️❤️

    ReplyDelete
  13. Aku belum baca yang Rectoverso, ajaib banget ya cerita-cerita ibu suri ini diksinya unik dan luar biasa... ajaib banget mungkin karena ia berawal dari musisi dan penulis lagu ya.. indah banget bukunya..

    ReplyDelete
  14. Aku sudah punya semua yang ditulis di sini. Tapi menurutku, yang paling berkesan adalah Rectoverso. Aku suka dengan ceritanya. Buku Dee yang pertama aku baca ya Rectoverso

    ReplyDelete
  15. Ga pernah kecewa sama Dee Lestari.
    Yang awalnya aku pikir "Kan dia penyanyi.. kalau nulis, gimana jadinya tuuh??"
    Ternyataa..
    se-KEREEEN ituuh... Dee Lestari jadi salah satu penulis fave akuu.. imajinasinya luar biasa dan blio bisa menggambarkannya dalam bentuk narasi yang indah.

    Berharap banget buku-buku Dee yang baru lainnya juga diangkat ke sineas.
    Kayak buku sbelumnya.. Perahu Kertas, Filosofi Kopi, Rectoverso, Madre, dan Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh.

    ReplyDelete
  16. Saya paling suka baca madre...temanya beragam mulai dari kisah tentang roti, ada kisah cintanya juga ada. Penulis menggambarkan karakternya juga kuat jadi seru aja bacanya. Cuma cerita dalam kumpulan cerpen ini keseluruhan lupa² ingat soalnya udah lama banget baca buku ini.

    ReplyDelete
  17. Aku bukan pembaca Dee Lestari haha, tapi kata orang2 buku2nya bagus2 yaa. Ada yang difilmkan juga.
    Duluuu banget waktu SMA apa ya baca salah satu bukunya yang aku lupa judulnya apa, jadi ada kakak adek gitu, yang kakaknya katanya jadi mualaf, trus di situ diceritakan pokoknya kelakuan kakanya jelek banget. Aku jadi merasa penulis ini islamophobia hahaha. Duluuu. Nah, aku belum pernah membaca bukunya yang lain, tetapi keknya suamiku punya beberapa koleksi bukunya.
    Mungkin nanti aku akan baca buku2nya juga kalau buku2 PR bacaanku habis haha.
    Sepertinya dari ketiga judul itu aku tertarik kepengen baca Madre. Sepertinya inspirasinya bagus nih mengajarkan yang berharga tu sebenarnya yang seperti apa :D
    Lucuk juga ya masih bahas2 zaman blog hehe :D

    ReplyDelete
  18. Aku belum pernah baca ketiga buku tersebut. Hiks. Baru baca bukunya Dee tuh yang Supernova dan Perahu Kertas. Beda banget ya keduanya. Aku yakin ketiga buku di atas juga beda-beda ide dan temanya. Dee bisa bikin cerita yang rumit juga yang mudah dicerna. Pengen deh baca Rectoverso, Filosofi Kopi, dan Madre :)

    ReplyDelete
  19. Kayaknya aku kudu nonton filmnya siih yaa..
    Soalnya bukunya uda baca dan very satifaaiiii... syukka sekaliiihh..
    Kebayang OST buku Rectoverso yaa..

    ReplyDelete