Liburan Sekolah ke Malang Raya (Bagian 1)
November 25, 2024Sudah lama saya tidak menulis cerita perjalanan di blog ini. Terakhir, saya menulis tentang perjalanan mudik saya berdua dengan anak sulung di tahun 2022. Tahun 2023 saya tidak pulang kampung karena baru melahirkan dan akhirnya tahun ini saya pulang kampung lagi. Yey!
Baca juga: Mudik Berdua dengan Anak Saat Hamil Muda
Sebelum tahun 2024 berakhir, saya ingin menulis tentang liburan kenaikan kelas di bulan Juli yang lalu. Liburan itu kami isi dengan kunjungan ke rumah Ibu di Kota Batu dan jalan-jalan di sekitar Malang Raya. Kemana saja saya di sana? Yuk, baca cerita lengkapnya di bawah ini!
Perjalanan Bandung-Malang
Kami berangkat ke Malang pada hari Sabtu, 29 Juni 2024. Seperti biasa kami naik kereta Malabar dari Stasiun Kiaracondong menuju Stasiun Malang. Kereta yang kami naiki berangkat pukul 17.31 WIB.
Hari itu kami pergi berempat dan memesan 4 kursi. Sebetulnya si Adek masih bisa naik kereta gratis, tapi saya dan suami tidak sanggup kalau harus memangkunya sepanjang perjalanan 13 jam, jadi kami memutuskan membeli 4 kursi. Lagi pula dengan membeli 4 kursi kami bisa duduk berhadapan dengan cara memutar kursi bagian depan. Lebih nyaman posisi seperti ini.
![]() |
| Situasi dalam Kereta (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Untuk tambahan informasi, kursi yang bisa diputar berhadapan hanya kursi di kelas eksekutif, sedangkan untuk kelas ekonomi premium penumpang tidak bisa memutar arah kursinya. Saat ini rangkaian kereta Malabar tidak lagi menjual kursi kelas bisnis. Hanya ada kelas eksekutif dan ekonomi premium.
Sore itu kami sampai di Stasiun Kiaracondong sekitar 1 jam sebelum keberangkatan. Kami menunggu terlebih dahulu di ruang tunggu luar sambil makan cemilan yang kami bawa. Setelah itu baru berpindah ke ruang tunggu dalam. Ternyata di dalam sedang dilakukan renovasi sehingga di beberapa titik terasa berdebu. Untungnya tak lama hujan turun dan membuat suasana menjadi lebih segar.
Baca juga: Naik Kereta Bersama Balita
Sebelum kereta datang kami bergantian salat Asar. Kemudian main dorong-dorong troli demi membunuh kebosanan anak-anak. Tak lama kereta tiba dan kami pun memulai perjalanan menuju Kota Malang. Kota kelahiran dengan sejuta kenangan.
Perjalanan Bandung-Malang kali ini relatif tenang. Adek tidak begitu rewel. Hanya saat menjelang makan malam dia sedikit bosan, jadi saya mengajaknya jalan-jalan ke gerbong restorasi bertiga dengan si Kakak. Kami memesan makanan satu lagi untuk makan malam saya. Sebelumnya saya baru membeli dua porsi untuk si Kakak dan suami. Saya sudah tidak ingat memesan apa saja. Yang saya ingat harga makanan per porsi di kereta saat itu sebesar Rp. 40.000,00.
![]() |
| Situasi Gerbong Restorasi (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Setelah makan malam, si Adek yang tampak mengantuk akhirnya tertidur. Disusul si Kakak dan papanya. Setelah semua terlelap saya mencoba untuk menonton dari ponsel. Ternyata mata saya sudah tidak kuat untuk diajak beraktivitas lagi dan saya pun menyusul anak-anak dan suami ke alam mimpi.
Tiba di Malang dan Menikmati Alun-alun Kota Batu
Pagi itu kami sampai di Stasiun Malang sekitar pukul 06.30 WIB. Kami segera keluar dari kereta dan mencari pintu keluar menuju Jalan Trunojoyo. Saya bertanya kepada petugas agar tidak salah pintu seperti sebelumnya. Terakhir saya ke Stasiun Malang, saya salah menuju pintu keluar barat yang menuju Jalan Panglima Sudirman. Memang saat ini ada dua pintu keluar dari Stasiun Malang. Pintu timur dan pintu barat.
Kami menggunakan pintu timur karena hendak makan rawon. Sebelum ke kedai rawon, si kakak terlebih dahulu meminta membeli Roti O. Ternyata rotinya belum ada yang ready, sehingga kami harus menunggu roti dipanggang terlebih dahulu. Selama menunggu, kami duduk-duduk sambil menikmati lalu lintas di sepanjang Jalan Trunojoyo dan Jalan Kertanegara. Pohon-pohon rindang di sekitar kawasan stasiun membuat pagi itu terasa syahdu.
![]() |
| Jalan Trunojoyo Pagi Hari (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Sekitar 30 menit kemudian, roti pesanan kami akhirnya matang. Usai mengambil roti kami pun menuju warung untuk makan. Warung yang kami tuju pagi itu adalah Rawon Tessy. Saat kami datang, sudah banyak pengunjung lain yang sedang makan. Untungnya masih ada meja kosong untuk menampung kami berempat.
Perut lapar dan hawa sejuk Kota Malang menambah kenikmatan santap rawon pagi itu. Kami hanya memesan 2 porsi karena si Kakak tidak suka makan rawon. Katanya dia mau makan di rumah Uti (Panggilan anak-anak ke Ibu saya) saja. Si Adek mau makan beberapa suap nasi rawon, tapi pagi itu dia lebih suka makan tempe goreng.
![]() |
| Rawon Tessy (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Usai makan saya memesan taxi online menuju rumah Ibu di Batu. Beruntung kami mendapatkan mobil yang bagus dan bersih, juga driver yang ramah. Sepanjang perjalanan pak supir asyik mengobrol dengan suami, sedangkan saya lebih memilih menikmati suasana Kota Malang di balik jendela sambil bernostalgia. Sesekali saya menimpali obrolan mereka. Tanpa terasa kami sudah sampai di rumah Ibu.
Siang itu, usai membersihkan diri dan membongkar oleh-oleh, kami makan siang kemudian beristirahat. Sore harinya kami pergi ke alun-alun Kota Batu. Tempat tujuan wajib yang harus dikunjungi setiap kali pulang kampung. Kami pergi bertujuh. Ibu dan adik-adik saya juga ikut.
Di sana kami duduk-duduk di pinggir salah satu air mancur sambil menikmati jajanan yang kami beli di sekitar alun-alun. Usai salat magrib kami pindah lokasi ke salah satu tempat makan yang menjual ketan susu. Saya sendiri memesan ketan bubuk. Menu wajib yang harus dibeli jika berkunjung ke alun-alun Batu karena di Bandung tidak ada yang jual.
![]() |
| Alun-alun dan Ketan Bubuk (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Setelah makan, Ibu membeli pukis di depan kedai ketan susu. Kemudian kami berjalan sampai Toko Amal dan naik taxi online dari sana. Petualangan hari pertama ditutup dengan bahagia.
Florawisata Santerra De Laponte dan Lereng Gunung Kelud
Agenda pagi hari kedua kami adalah mengunjungi Florawisata Santerra De Laponte yang terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Objek wisata ini bernuansa taman bunga dengan berbagai macam permainan yang bisa dinikmati anak-anak hingga orang dewasa. Jarak dari rumah Ibu ke sana kurang lebih 10 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit jika lalu lintas lancar.
Kami berangkat dari rumah pukul 08.30 WIB. Sebelum ke Santerra, kami terlebih dahulu mampir ke rumah saudara yang terletak di dekat lokasi. Setelah berbincang-bincang sejenak barulah kami menuju tempat wisata.
Pagi itu jalanan masih lancar. Butuh sekitar 5 menit saja dari rumah saudara untuk sampai ke Santerra. Namun begitu sampai lokasi ternyata sudah cukup ramai. Loket pembelian tiket semuanya antri. Untung saja loketnya banyak sehingga tidak memakan waktu lama untuk mendapatkan tiket.
![]() |
| Florawisata Santerra De Laponte (Sumbet: Dokumentasi Pribadi) |
Begitu tiket sudah di tangan kami pun segera masuk. Ternyata di dalam tidak sepadat di bagian loket. Mungkin karena areanya yang luas jadi tidak terasa sesak seperti di luar. Kami bermain di sana hingga lewat tengah hari. Untuk detailnya akan saya ceritakan di tulisan berikutnya.
Keluar dari Santerra kami memutuskan untuk mencari tempat makan sekaligus tempat untuk salat Zuhur yang searah dengan tujuan kami berikutnya. Kenapa kami tidak makan di Santerra? Karena semua tempat makannya ramai dan antri. Tadi saja saat membeli minuman antriannya cukup panjang.
Untuk tempat makan saya serahkan kepada orang tua saya untuk memilih karena mereka lebih tahu tempat makan yang enak di sekitar sana. Pilihan mereka jatuh pada sebuah rumah makan yang tidak terlalu besar tapi cukup rapi dan bersih. Pilihan makanannya pun bervariasi, ada nasi campur dengan banyak pilihan lauk, rawon, soto dan lain sebagainya. Saya lupa apa nama tempatnya, yang jelas makanannya cukup enak dan cocok di lidah saya, suami dan anak-anak.
Baca juga: Cantiknya Ikan Koi di Waroeng Bamboe Kota Wisata Batu
Usai makan dan salat, kami pun melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya. Tujuan kami selanjutnya adalah rumah sepupu saya yang terletak di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Lokasinya berada di lereng Gunung Kelud. Itu adalah pertama kalinya saya bertandang ke Puncu, sedangkan orang tua saya sudah beberapa kali berkunjung ke sana.
Perjalanan itu memakan waktu sekitar 2-3 jam. Saya tertidur di mobil. Begitu pula dengan anak-anak. Alhamdulillah anak-anak tidak rewel. Hanya si Adek sempat tersedak dan muntah saat menyusu. Untung saja posisi kami sudah tidak terlalu jauh dari rumah sepupu saya.
Akan tetapi perjalanan kami terhambat karena orang tua saya lupa belokan mana yang menuju rumah sepupu. Padahal posisi kami sudah sangat dekat. Kami tidak bisa menghubungi tuan rumah karena satu-satunya yang menyimpan nomor telepon mereka adalah ponsel Ibu yang kebetulan mati di tengah jalan. Akhirnya kami berputar-putar dan bertanya kepada orang-orang sekitar sampai akhirnya berhasil menemukan rumah yang kami maksud.
Baca juga: Pesona Desa Punten Kota Wisata Batu
Beruntunglah mereka tinggal di pedesaan yang mana sebagian besar penduduknya saling mengenal satu sama lain. Seandainya tinggal di kota, tanpa alamat yang jelas dan hanya berdasarkan “ancer-ancer”, belum tentu kami dapat menemukan rumah mereka. Apalagi sore itu kabut mulai turun dan udara semakin dingin. Khas cuaca di lereng pegunungan menjelang malam.
Begitu sampai kami pun melepas rindu, terutama dengan nenek saya, yang sampai menangis haru karena bahagia bisa bertemu kembali setelah 2 tahun berlalu. Kami berbincang hingga lepas azan isya lalu pamit pulang tak lama kemudian.
Kami sampai di rumah lagi sekitar pukul 10 malam. Perjalanan pulang lebih lancar karena kendaraan sudah berkurang pada malam hari. Minusnya jalanan yang gelap semakin tampak menyeramkan karena sepi dari kendaraan lain. Alhamdulillah kami sampai di rumah dengan sehat dan selamat.
Nasi Empok dan Bakso Malang
Masih lelah setelah perjalanan kemarin, di pagi hari ketiga kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sambil berolahraga tipis-tipis. Menikmati kebun bunga dan buah, serta sungai yang terletak tidak jauh dari rumah. Kemudian kami menutup acara jalan-jalan pagi dengan membeli nasi empok sebagai menu sarapan.
![]() |
| Nasi Empok (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Siang menjelang sore saya ada janji temu dengan sahabat yang tinggal tidak jauh dari rumah Ibu. Kami berencana untuk makan bersama di sebuah kafe, namun karena hujan tidak kunjung reda, akhirnya kami menunda rencana tersebut.
![]() |
| Bakso Anda Punten (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Sebagai ganti rencana nongkrong di kafe yang batal, saya mengajak suami dan anak-anak makan Bakso Anda di dekat rumah. Semangkok bakso, udara dingin Kota Batu, hujan dan bercengkrama dengan keluarga adalah perpaduan yang sempurna.
Pasar Among Tani dan Warung Mrene
Pasar Induk Among Tani adalah salah satu lokasi yang masuk dalam daftar wajib dikunjungi dalam liburan kemarin. Alasannya? Karena saya penasaran dengan pasar tradisional yang telah direnovasi menjadi lebih modern itu. Terutama bagian food court yang menjual beraneka makanan dan minuman.
![]() |
| Situasi Pasar Induk Among Tani (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Hari keempat liburan, saya jadwalkan untuk berkunjung ke sana. Kami sampai di sana sudah agak siang. Setelah turun dari mobil, terpampang nyata bangunan yang sangat berbeda dengan apa yang ada di ingatan saya. Bangunan baru ini lebih megah dan modern. Dilengkapi dengan eskalator untuk naik ke setiap lantainya. Kios-kiosnya pun tertata lebih rapi.
![]() |
| Makanan yang Sempat Didokumentasikan (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Kami tidak menjelah lama di lantai-lantai bawah karena tujuan utama saya adalah wisata kuliner di lantai 3. Benar saja, begitu sampai di lantai atas, aneka makanan dan minuman menyambut dan memanggil-manggil saya untuk menjelajahi mereka satu persatu. Akhirnya pilihan pertama saya jatuh kepada penjual jajanan tradisional yang menjual lupis, cenil, bledus dan kawan-kawan. Suami saya membeli kue putu dan Ibu membeli bubur sumsum, jenang grendul (nama lain dari candil), ketan hitam. Berbeda dengan kami yang membeli makanan tradisional, anak sulung saya memilih sosis bakar dan kentang goreng.
Baca juga: Menikmati Masakan Sunda di Sindang Reret Bandung
Setelah membeli makanan kami mencari tempat untuk duduk. Kami memilih tempat duduk di pinggir yang bisa melihat pemandangan jalan raya di bawah dan gunung di kejauhan. Di area itu tidak seramai di bagian tengah yang sebagian besar kursinya sudah terisi sehingga kami bisa menikmati makanan dan mengobrol dengan santai.
![]() |
| Pemandangan dari Tempat Duduk Kami (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Usai makan, kami berpindah tempat menuju Masjid Agung An Nur di dekat Alun-alun Kota Batu untuk melaksanakan salat Zuhur. Sorenya, saya ada janji bertemu dengan sahabat saya di Warung Mrene, mengganti rencana yang gagal di hari sebelumnya. Sambil menunggu waktu yang dijanjikan, saya mengajak anak-anak bermain di playground yang ada di dalam area alun-alun. Sebelum pergi ke Warung Mrene saya juga menyempatkan membeli susu segar dan yoghurt jelly di Rumah Susu Ganesha.
![]() |
| Masjid, Playground, Alun-alun (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Sesampainya di Warung Mrene, sahabat saya belum datang. Kami memanfaatkan waktu tersebut untuk berkeliling sekitar kafe dan mengambil foto-foto. Setelah puas, baru kami mencari tempat duduk yang nyaman, kemudian memesan makanan dan minuman. Tak lama sahabat saya datang bersama suaminya. Kami pun asyik bercengkrama melepas kerinduan. Tak lupa sesi foto sebagai kenang-kenangan.
![]() |
| Warung Mrene (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Kami pulang menjelang adzan magrib dengan perasaan bahagia. Rindu yang terpendam selama 2 tahun akhirnya bisa dilepaskan juga.
Keluarga dari Bali dan Pangsit Mie
Pagi hari kelima ini kami tidak pergi kemana-mana. Cuaca mendung sejak pagi sangat mendukung untuk bermalas-malasan di rumah saja. Apalagi Bude dan sepupu saya dari Bali mengabarkan akan berkunjung ke rumah. Jadi saya memutuskan untuk mulai merapikan barang-barang bawaan karena besok siang kami akan berpindah menginap di rumah saudara suami di Malang.
Menjelang sore, Bude dan keluarga datang ke rumah. Sekali lagi saya melepas rindu dengan orang-orang yang saya rindukan. Dengan sepupu, saya terakhir berjumpa tahun 2019, sedangkan dengan Bude lebih lama lagi. Sayangnya mereka tidak bisa terlalu lama di rumah karena masih harus melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya.
![]() |
| Foto Bersama Keluarga Bali (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Pertemuan sore itu terasa kurang lama. Rindu saya belum tuntas tersalurkan. Semoga segera bisa bertemu lagi dengan waktu yang lebih panjang.
Selepas Bude pulang, Suami dan anak-anak merasa bosan. Akhirnya kami naik motor keliling-keliling di sekitar rumah. Lalu mampirlah kami ke warung soto babat dan warung pangsit mie langganan kami dulu. Sayangnya rasa soto babatnya sudah jauh berubah, sedangkan pangsit mienya masih tetap seenak dulu.
![]() |
| Cuaca Mendung dan Pangsit Mie (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Malam itu ditutup dengan pesta makan pangsit mie di rumah. Terpenuhi sudah salah satu makanan dari daftar kuliner yang wajib dibeli saat pulang kampung. Meskipun begitu, daftar kuliner saya masih panjang dan sebagian besar baru bisa diwujudkan di Malang.
Sekian cerita liburan saya di Kota Batu. Untuk cerita liburan saya di Malang akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya agar tidak terlalu panjang. Stay tune, ya!

















26 komentar
Saya kemarin membaca liburannya di Yogya Mbak. Dan Kali ini di Malang. Saya suka tulisan perjalanan Bak Asri yang runut. Jadi seolah ikut bersama perjalanan mulai dari awal naik kereta Malabar.
ReplyDeleteSaya sudah lama pengin. Ke malang. Sat ini baru sampai Surabaya. Dan banyak sekali tempat menarik yang bisa dikunjungi ya Mbak. Nah saya penasaran dengan nasi Rempog itu Mbak.
Semoga bisa segera main ke Malang ya. Nanti cobain makan nasi empok. Nasi empok itu semacam nasi jagung tapi lebih lembut jagungnya. Ada yang murni empok, ada yang dicampur nasi putih.
DeleteOh ternyata nasi jagung ya Mbak. Kalau saya mungkin yang murni saja, biar lebih terasa. Kalau campur nasi. Jadi tidak konsen merasakan hehee. Saya juga pengin coba ketan taburnya.
DeleteSerunya kalau lagi liburan sekolah bisa jalan-jalan, apalagi naik kereta. Daku kepingin kayak gitu, cuma bingung mau kampungnya siapa yang dikunjungi di Jawa kalo pake kereta hehe.
ReplyDeletePankapan ke Malang boleh nih kulinernya Kak Asri jadi rekomendasinya
Ke kampung saya boleh mbak, tapi saya nggak ada di kampung hahahaha...
DeleteKalau untuk kuliner lebih enak di Malang daripada di Batu, dari segi rasa maupun pilihan jenisnya.
Ke kampung saya boleh mbak, tapi saya nggak ada di kampung hahahaha...
DeleteKalau untuk kuliner lebih enak di Malang daripada di Batu, dari segi rasa maupun pilihan jenisnya.
Kirain makanan kereta itu mahal banget, ternyata masih 40.000-an (sedengan lah ya). Trus pas nongkrong di Jl. Trunojoyo asyik ya, pas di taman itu?
ReplyDeleteAlun-alun mbatu memang asyik buat nongkrong (terutama makan ketan) tapii sayang ferriswheel udah gak muter lagi.
Terus salut banget dengan Mbak Asri sekeluarga karena kuat fisiknya, baru dari Bandung, nyampe mbatu, eh ke Kediri.
Untuk soto babat yang rasanya berubah, sayang banget. Memang kalau bisnis kuliner kudu konsisten, terutama dalam hal rasa.
Iya mbak. Nggak begitu mahal kok makanan di kereta. Ya standar harga kafe lha...
DeleteBener, sayang banget ferris wheel nya udah nggak operasi lagi. Mungkin butuh peremajaan ya.
Soto babat itu dulu favorit banget. Mungkin karena bapaknya sudah tua, jadi kaya udah kurang layak jual.
Pengennya sih begitu akhir tahun ini mau ke Malang ajak anak anak
ReplyDeleteTapi ya begitulah kalau gak punya kendaraan sendiri sangat berpikir angkutan umum yang melewati berbagai tempat rekreasi
Hmm... bolehlah tulisan ini kurekomendasikan ke suami
Terakhir ke Malang kalau tidak salah 2018, aku sempet mampir Alun-alun kota batu juga Mba. Kala itu banyak penjual jajanan di area alun-alun. Tapi aku kok nggak ngeh dan nggak nemuin Ketan Bubuk itu. Wah padahal aku baru tahu dan belum pernah mencobanya, lumayan kan bisa menambah khasanan kuliner baru.
ReplyDeleteAku juga mampir masjid dekat alun-alun tapi lupa namanya, apa An-Nur ini ya? Kala itu aku ingat di masjid itu lagi ada lomba macam-macam bertema islam yang diikuti sama anak-anak. Ikut senang melihat Mbak bisa berkumpul bersama keluarga. Seperti halnya aku yang jauh dari ortu, dengan lihat orang lain bisa pulang aja sudah bahagia rasanya :)
Melihat foto kampungnya langsung berasa asri sekali mbaaa,,aku bayangin udara segar dan air yang jernih berasa segar di badan pastinya...
ReplyDeleteAku terakhir ke malang sekitar 4 th yang lalu mbaa pas masih masa pandemi tapi sudah mulai longgar...aku inget juga beli nasi bug matira yang seingatku lokasi nya juga dekat dengan stasiun dan tak lupa kuliner wajibnya adalah pos ketan saat malam hari..
Baca tulisan mba jadi pengen ke malang lagi deh ekplor lebih banyak lagi kuliner nyakarena ternyata banyak banget :)
Setuju banget mbak, emang enakan beli 4 kursi sekalian supaya kita juga enak buat muter dan jadiin bangkunya berhadapan. Adek juga jadi lebih nyaman untuk bobok kayanya. Aku juga pernah kayak gini, walaupun anaknya masih bayi, tetap dibeliin kursi sendiri, supaya gak mengganggu kenyamanan penumpang lain juga.
ReplyDeleteOiya, Florawisata Santerra De Laponte ini buka-nya jam berapa ya mbak? Kok menarik banget buat dikunjungi kalau kami ke Malang lagi, hehe. Plus pasar Among Tani ini juga menarik deh. Tuh kan jadi pengen ke Malang lagi xp
Rawon Tessy ini yang kalau dari stasiun jalan aja kan ya mbak? Keinget terakhir kali kami ke Malang begitu sampai langsung ke sana juga, kangen rawon jatim hehe.
ReplyDeleteWah iya walau anak masih bocil2 mending beli kursi aja, biar lebih nyaman bepergian sekeluarga ya mbak.
Batu gimana mbak kondisinya, masih adem gak? :D
Aku keknya belum pernah nih main ke alun2 Batu ternyata ada yaa, taunya cuma alun2 Malang hehe.
Aku baru tahu kalau di sana ada Pasar Among Tani ini.Jadi sebenarnya udah lama tetapi direnov dan sekarang jadi pasar modern gitu ya? Dinamakan gitu apakah menjual hasil pertanian/ perkebunan org2 sana? Kalau harga2nya gmn?
Ada banyak pilihan tempat makan juga yaa di sana?
Seneng banget bisa berjumpa keluarga walau waktunya gak terlalu lama, lumayan tombo kangen ya mbak.
Hebaattt, ka Acii dan keluarga.
ReplyDeleteStaminanya mashaAllaa yaa..
Aku di tahap kalo pulkam tuuh.. cuma ngabisin waktu di rumah, beberapa hari pindah ke rumah mertua. Hahaha.. maklum tetanggaan.
Di Malang makanannya ngangenin yaa...
Aku penasaran ama Nasi Empok. Jadi pingin nyanyi.. hahaha.. apa hayooo?!?
Waaah rawon tessi masih ada ya mba? Aku trakhir makan di sana 2013, pas road trip jawa. Mampir ke malang dan batu juga.
ReplyDeleteDah lamaaaa ih ga ke malang. Kalo ke batu masih sempet pas akhir 2024. Walaupun udah ga dingin, tp aku masih seneng tiap kesana. Ntah kenapa vibe nya itu bikin santai kalo ke malang dan batu.
Sama kayak mertuaku dulu, zaman masih suka naik KA, biasanya yg dipesen 4 kursi, demi bisa duduk santai, padahal cuma berdua mama 🤣.
Ketan bubuk? Waah olahan ketan yang satu ini daku belum nyoba nih kak. Kalau ketan susu, wajik, dan ketan pasangannya durian/pisang goreng sudah pernah nyobain hehe.
ReplyDeletePerjalanan ke Malang yang bikin happy apalagi naik kereta bareng keluarga. Sesuatu yang daku idamkan, karena kampung daku kudu nyebrang laut dulu kao dari Jakarta wkwkwk
Sebagai seseorang yang belasan tahun tinggal di Malang, diriku semacam flash back ya.... Perjalanan naik kereta bareng anak-anak pasti ada drama lucunya ya, tapi worth it banget demi bisa kumpul di rumah Ibu. Rawon Tessy, ketan bubuk alun-alun Batu, sampai Santerra De Laponte, semuanya bikin kangen Malang....... ditunggu next partnya yah
ReplyDeleteBakso itu kuliner yang ga boleh dilewatkan saat berkunjung ke Malang. Baksonya mantap rasanya, termasuk bakso gerobak yang berkeliling.
ReplyDeleteSuasana di Batu menyenangkan ya mbak, sejuk dan masih banyak tanamannya sehingga nyaman do mata
seneng banget kalau sudah pulang kampung ketemu keluarga besar
ReplyDeleteDari dulu aku punya wishlist ke Florawisata Santerra ini, cuman sayang waktu ke Malang terbatas waktu, jadinya aku skip. Terus aku baca review-review juga mengenai perjalanan dari Kota Batu ke tempat wisatanya, katanya jalannya berkelok-kelok dan kadang sepi. Waktu itu juga mikir, soalnya aku sendirian.
Kulineran sederhana di deket lokasi kita tinggal ternyata asik juga ya mbak, lama juga aku ga makan bakso Malang nih
Yukk Mbak Ainun ke Malang lagi. Siapa tahu bisa kopdaran bertiga (dengan Mbak Asri) pas lagi mudik. Di sini banyak banget yang jual bakso enak, mulai dari bakso yg biasa, bakso jumbo, bakso mercon, sampai bakso kuah keju juga ada. Bisa puas makan bakso di Malang.
DeleteKemana pun kita pergi dan menetap, kampung halaman akan selalu menjadi tempat spesial ya mba. Apalagi masih ada orang tua, saya aja yang ayah ibu udah gak ada masih suka pulang. Selain rindu pasti kangen berkunjung ke tempat² spesial dan tentu saja kulineraaan....hehehe...itu gak bisa dilewatkan. Jadi tau kan saya makanan khas Malang dari cerita mba Asri. Dari yang ditulis hanya baso Malang yang sudah saya coba.
ReplyDeleteWaktu saya pergi ke Malang saya makan baso malang presiden yang berada di pinggiran rel. Saya lupa itu daerah mana...tapi yang jelas enaaak😍
Kalo baso malang ok familiar meskipun pasti di malang aslinya baso malang jaih lebih otentik. Tapi nasi empok aku penasaran sekali rasanya.. wajib kulineran emang kalo di malang tuh hehe
ReplyDeletePernah ke Malang bareng anak-anak dan sobatku ya ampun menyenangkan.. yang bikin capek naik kereta ekonomi dari Semarang hihi.. kursinya tegak...
ReplyDeleteSaya belum pernah ke Malang Mba, saya tinggal di Bandung. Seru kayanya kalau ke Malang naik kereta api. Yang paling saya ingat tentang Malang adalah Baso dan Apelnya. Baso Malang pengen deh nyobain yang asli kota Malangnya. Kalau apel malang juga kayanya kalau petik langsung di kebunnya juga seru. Malang kayanya nggak beda jauh dari Bandung dari segi cuaca, destinasi wisata dan kuliner juga banyak yang bagus. Mudah-mudahan saya juga bisa berkunjung ke sini suatu saat nanti
ReplyDeleteSerasa beneran diajak pelesiran ke kota Malang ini sih 🤩 auto kangen kota yang satu ini. Dulu kesana buat nugas dan mampir di beberapa tempat, belum sempat jelajah lama apalagi kulineran yang beneran hidden gem gitu hehehe
ReplyDeleteGa sabar deh baca kelanjutan cerita jalan-jalan di Malang. Ya mana tau bisa jadi ide ITIN saat nanti aku ke Malang 🤩🤩🤩 jujurly pengen banget liburan kesana. Aku suka keripik apel khas Malang, enak banget.
Wih Malang pasti sekarang udah beda dan seru banget. Daku terakhir ke sana waktu SD, hahaha, dan sekarang udah beranak SD, bahkan hampir SMP.
ReplyDeleteMasih inget dulu ke daerah Batu untuk menginap di Vila kerabatnya Papa. Pulangnya petik apel, bawa oleh-oleh keripik apel dan minyak kayu putih cap gajah yang botolnya botol kaca sebesar botol kecap besar heheh