Liburan Sekolah ke Malang Raya (Bagian 1)
December 31, 2024Sudah lama saya tidak menulis cerita perjalanan di blog ini. Terakhir, saya menulis tentang perjalanan mudik saya berdua dengan anak sulung di tahun 2022. Tahun 2023 saya tidak pulang kampung karena baru melahirkan dan akhirnya tahun ini saya pulang kampung lagi. Yey!
Baca juga: Mudik Berdua dengan Anak Saat Hamil Muda
Sebelum tahun 2024 berakhir, saya ingin menulis tentang liburan kenaikan kelas di bulan Juli yang lalu. Liburan itu kami isi dengan kunjungan ke rumah Ibu di Kota Batu dan jalan-jalan di sekitar Malang Raya. Kemana saja saya di sana? Yuk, baca cerita lengkapnya di bawah ini!
Perjalanan Bandung-Malang
Kami berangkat ke Malang pada hari Sabtu, 29 Juni 2024. Seperti biasa kami naik kereta Malabar dari Stasiun Kiaracondong menuju Stasiun Malang. Kereta yang kami naiki berangkat pukul 17.31 WIB.
Hari itu kami pergi berempat dan memesan 4 kursi. Sebetulnya si Adek masih bisa naik kereta gratis, tapi saya dan suami tidak sanggup kalau harus memangkunya sepanjang perjalanan 13 jam, jadi kami memutuskan membeli 4 kursi. Lagi pula dengan membeli 4 kursi kami bisa duduk berhadapan dengan cara memutar kursi bagian depan. Lebih nyaman posisi seperti ini.
![]() |
Situasi dalam Kereta (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Untuk tambahan informasi, kursi yang bisa diputar berhadapan hanya kursi di kelas eksekutif, sedangkan untuk kelas ekonomi premium penumpang tidak bisa memutar arah kursinya. Saat ini rangkaian kereta Malabar tidak lagi menjual kursi kelas bisnis. Hanya ada kelas eksekutif dan ekonomi premium.
Sore itu kami sampai di Stasiun Kiaracondong sekitar 1 jam sebelum keberangkatan. Kami menunggu terlebih dahulu di ruang tunggu luar sambil makan cemilan yang kami bawa. Setelah itu baru berpindah ke ruang tunggu dalam. Ternyata di dalam sedang dilakukan renovasi sehingga di beberapa titik terasa berdebu. Untungnya tak lama hujan turun dan membuat suasana menjadi lebih segar.
Baca juga: Naik Kereta Bersama Balita
Sebelum kereta datang kami bergantian salat Asar. Kemudian main dorong-dorong troli demi membunuh kebosanan anak-anak. Tak lama kereta tiba dan kami pun memulai perjalanan menuju Kota Malang. Kota kelahiran dengan sejuta kenangan.
Perjalanan Bandung-Malang kali ini relatif tenang. Adek tidak begitu rewel. Hanya saat menjelang makan malam dia sedikit bosan, jadi saya mengajaknya jalan-jalan ke gerbong restorasi bertiga dengan si Kakak. Kami memesan makanan satu lagi untuk makan malam saya. Sebelumnya saya baru membeli dua porsi untuk si Kakak dan suami. Saya sudah tidak ingat memesan apa saja. Yang saya ingat harga makanan per porsi di kereta saat itu sebesar Rp. 40.000,00.
![]() |
Situasi Gerbong Restorasi (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Setelah makan malam, si Adek yang tampak mengantuk akhirnya tertidur. Disusul si Kakak dan papanya. Setelah semua terlelap saya mencoba untuk menonton dari ponsel. Ternyata mata saya sudah tidak kuat untuk diajak beraktivitas lagi dan saya pun menyusul anak-anak dan suami ke alam mimpi.
Tiba di Malang dan Menikmati Alun-alun Kota Batu
Pagi itu kami sampai di Stasiun Malang sekitar pukul 06.30 WIB. Kami segera keluar dari kereta dan mencari pintu keluar menuju Jalan Trunojoyo. Saya bertanya kepada petugas agar tidak salah pintu seperti sebelumnya. Terakhir saya ke Stasiun Malang, saya salah menuju pintu keluar barat yang menuju Jalan Panglima Sudirman. Memang saat ini ada dua pintu keluar dari Stasiun Malang. Pintu timur dan pintu barat.
Kami menggunakan pintu timur karena hendak makan rawon. Sebelum ke kedai rawon, si kakak terlebih dahulu meminta membeli Roti O. Ternyata rotinya belum ada yang ready, sehingga kami harus menunggu roti dipanggang terlebih dahulu. Selama menunggu, kami duduk-duduk sambil menikmati lalu lintas di sepanjang Jalan Trunojoyo dan Jalan Kertanegara. Pohon-pohon rindang di sekitar kawasan stasiun membuat pagi itu terasa syahdu.
![]() |
Jalan Trunojoyo Pagi Hari (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Sekitar 30 menit kemudian, roti pesanan kami akhirnya matang. Usai mengambil roti kami pun menuju warung untuk makan. Warung yang kami tuju pagi itu adalah Rawon Tessy. Saat kami datang, sudah banyak pengunjung lain yang sedang makan. Untungnya masih ada meja kosong untuk menampung kami berempat.
Perut lapar dan hawa sejuk Kota Malang menambah kenikmatan santap rawon pagi itu. Kami hanya memesan 2 porsi karena si Kakak tidak suka makan rawon. Katanya dia mau makan di rumah Uti (Panggilan anak-anak ke Ibu saya) saja. Si Adek mau makan beberapa suap nasi rawon, tapi pagi itu dia lebih suka makan tempe goreng.
![]() |
Rawon Tessy (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Usai makan saya memesan taxi online menuju rumah Ibu di Batu. Beruntung kami mendapatkan mobil yang bagus dan bersih, juga driver yang ramah. Sepanjang perjalanan pak supir asyik mengobrol dengan suami, sedangkan saya lebih memilih menikmati suasana Kota Malang di balik jendela sambil bernostalgia. Sesekali saya menimpali obrolan mereka. Tanpa terasa kami sudah sampai di rumah Ibu.
Siang itu, usai membersihkan diri dan membongkar oleh-oleh, kami makan siang kemudian beristirahat. Sore harinya kami pergi ke alun-alun Kota Batu. Tempat tujuan wajib yang harus dikunjungi setiap kali pulang kampung. Kami pergi bertujuh. Ibu dan adik-adik saya juga ikut.
Di sana kami duduk-duduk di pinggir salah satu air mancur sambil menikmati jajanan yang kami beli di sekitar alun-alun. Usai salat magrib kami pindah lokasi ke salah satu tempat makan yang menjual ketan susu. Saya sendiri memesan ketan bubuk. Menu wajib yang harus dibeli jika berkunjung ke alun-alun Batu karena di Bandung tidak ada yang jual.
![]() |
Alun-alun dan Ketan Bubuk (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Setelah makan, Ibu membeli pukis di depan kedai ketan susu. Kemudian kami berjalan sampai Toko Amal dan naik taxi online dari sana. Petualangan hari pertama ditutup dengan bahagia.
Florawisata Santerra De Laponte dan Lereng Gunung Kelud
Agenda pagi hari kedua kami adalah mengunjungi Florawisata Santerra De Laponte yang terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Objek wisata ini bernuansa taman bunga dengan berbagai macam permainan yang bisa dinikmati anak-anak hingga orang dewasa. Jarak dari rumah Ibu ke sana kurang lebih 10 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit jika lalu lintas lancar.
Kami berangkat dari rumah pukul 08.30 WIB. Sebelum ke Santerra, kami terlebih dahulu mampir ke rumah saudara yang terletak di dekat lokasi. Setelah berbincang-bincang sejenak barulah kami menuju tempat wisata.
Pagi itu jalanan masih lancar. Butuh sekitar 5 menit saja dari rumah saudara untuk sampai ke Santerra. Namun begitu sampai lokasi ternyata sudah cukup ramai. Loket pembelian tiket semuanya antri. Untung saja loketnya banyak sehingga tidak memakan waktu lama untuk mendapatkan tiket.
![]() |
Florawisata Santerra De Laponte (Sumbet: Dokumentasi Pribadi) |
Begitu tiket sudah di tangan kami pun segera masuk. Ternyata di dalam tidak sepadat di bagian loket. Mungkin karena areanya yang luas jadi tidak terasa sesak seperti di luar. Kami bermain di sana hingga lewat tengah hari. Untuk detailnya akan saya ceritakan di tulisan berikutnya.
Keluar dari Santerra kami memutuskan untuk mencari tempat makan sekaligus tempat untuk salat Zuhur yang searah dengan tujuan kami berikutnya. Kenapa kami tidak makan di Santerra? Karena semua tempat makannya ramai dan antri. Tadi saja saat membeli minuman antriannya cukup panjang.
Untuk tempat makan saya serahkan kepada orang tua saya untuk memilih karena mereka lebih tahu tempat makan yang enak di sekitar sana. Pilihan mereka jatuh pada sebuah rumah makan yang tidak terlalu besar tapi cukup rapi dan bersih. Pilihan makanannya pun bervariasi, ada nasi campur dengan banyak pilihan lauk, rawon, soto dan lain sebagainya. Saya lupa apa nama tempatnya, yang jelas makanannya cukup enak dan cocok di lidah saya, suami dan anak-anak.
Baca juga: Cantiknya Ikan Koi di Waroeng Bamboe Kota Wisata Batu
Usai makan dan salat, kami pun melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya. Tujuan kami selanjutnya adalah rumah sepupu saya yang terletak di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Lokasinya berada di lereng Gunung Kelud. Itu adalah pertama kalinya saya bertandang ke Puncu, sedangkan orang tua saya sudah beberapa kali berkunjung ke sana.
Perjalanan itu memakan waktu sekitar 2-3 jam. Saya tertidur di mobil. Begitu pula dengan anak-anak. Alhamdulillah anak-anak tidak rewel. Hanya si Adek sempat tersedak dan muntah saat menyusu. Untung saja posisi kami sudah tidak terlalu jauh dari rumah sepupu saya.
Akan tetapi perjalanan kami terhambat karena orang tua saya lupa belokan mana yang menuju rumah sepupu. Padahal posisi kami sudah sangat dekat. Kami tidak bisa menghubungi tuan rumah karena satu-satunya yang menyimpan nomor telepon mereka adalah ponsel Ibu yang kebetulan mati di tengah jalan. Akhirnya kami berputar-putar dan bertanya kepada orang-orang sekitar sampai akhirnya berhasil menemukan rumah yang kami maksud.
Baca juga: Pesona Desa Punten Kota Wisata Batu
Beruntunglah mereka tinggal di pedesaan yang mana sebagian besar penduduknya saling mengenal satu sama lain. Seandainya tinggal di kota, tanpa alamat yang jelas dan hanya berdasarkan “ancer-ancer”, belum tentu kami dapat menemukan rumah mereka. Apalagi sore itu kabut mulai turun dan udara semakin dingin. Khas cuaca di lereng pegunungan menjelang malam.
Begitu sampai kami pun melepas rindu, terutama dengan nenek saya, yang sampai menangis haru karena bahagia bisa bertemu kembali setelah 2 tahun berlalu. Kami berbincang hingga lepas azan isya lalu pamit pulang tak lama kemudian.
Kami sampai di rumah lagi sekitar pukul 10 malam. Perjalanan pulang lebih lancar karena kendaraan sudah berkurang pada malam hari. Minusnya jalanan yang gelap semakin tampak menyeramkan karena sepi dari kendaraan lain. Alhamdulillah kami sampai di rumah dengan sehat dan selamat.
Nasi Empok dan Bakso Malang
Masih lelah setelah perjalanan kemarin, di pagi hari ketiga kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sambil berolahraga tipis-tipis. Menikmati kebun bunga dan buah, serta sungai yang terletak tidak jauh dari rumah. Kemudian kami menutup acara jalan-jalan pagi dengan membeli nasi empok sebagai menu sarapan.
![]() |
Nasi Empog (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Siang menjelang sore saya ada janji temu dengan sahabat yang tinggal tidak jauh dari rumah Ibu. Kami berencana untuk makan bersama di sebuah kafe, namun karena hujan tidak kunjung reda, akhirnya kami menunda rencana tersebut.
![]() |
Bakso Anda Punten (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Sebagai ganti rencana nongkrong di kafe yang batal, saya mengajak suami dan anak-anak makan Bakso Anda di dekat rumah. Semangkok bakso, udara dingin Kota Batu, hujan dan bercengkrama dengan keluarga adalah perpaduan yang sempurna.
Pasar Among Tani dan Warung Mrene
Pasar Induk Among Tani adalah salah satu lokasi yang masuk dalam daftar wajib dikunjungi dalam liburan kemarin. Alasannya? Karena saya penasaran dengan pasar tradisional yang telah direnovasi menjadi lebih modern itu. Terutama bagian food court yang menjual beraneka makanan dan minuman.
![]() |
Situasi Pasar Induk Among Tani (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Hari keempat liburan, saya jadwalkan untuk berkunjung ke sana. Kami sampai di sana sudah agak siang. Setelah turun dari mobil, terpampang nyata bangunan yang sangat berbeda dengan apa yang ada di ingatan saya. Bangunan baru ini lebih megah dan modern. Dilengkapi dengan eskalator untuk naik ke setiap lantainya. Kios-kiosnya pun tertata lebih rapi.
![]() |
Makanan yang Sempat Didokumentasikan (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Kami tidak menjelah lama di lantai-lantai bawah karena tujuan utama saya adalah wisata kuliner di lantai 3. Benar saja, begitu sampai di lantai atas, aneka makanan dan minuman menyambut dan memanggil-manggil saya untuk menjelajahi mereka satu persatu. Akhirnya pilihan pertama saya jatuh kepada penjual jajanan tradisional yang menjual lupis, cenil, bledus dan kawan-kawan. Suami saya membeli kue putu dan Ibu membeli bubur sumsum, jenang grendul (nama lain dari candil), ketan hitam. Berbeda dengan kami yang membeli makanan tradisional, anak sulung saya memilih sosis bakar dan kentang goreng.
Baca juga: Menikmati Masakan Sunda di Sindang Reret Bandung
Setelah membeli makanan kami mencari tempat untuk duduk. Kami memilih tempat duduk di pinggir yang bisa melihat pemandangan jalan raya di bawah dan gunung di kejauhan. Di area itu tidak seramai di bagian tengah yang sebagian besar kursinya sudah terisi sehingga kami bisa menikmati makanan dan mengobrol dengan santai.
![]() |
Pemandangan dari Tempat Duduk Kami (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Usai makan, kami berpindah tempat menuju Masjid Agung An Nur di dekat Alun-alun Kota Batu untuk melaksanakan salat Zuhur. Sorenya, saya ada janji bertemu dengan sahabat saya di Warung Mrene, mengganti rencana yang gagal di hari sebelumnya. Sambil menunggu waktu yang dijanjikan, saya mengajak anak-anak bermain di playground yang ada di dalam area alun-alun. Sebelum pergi ke Warung Mrene saya juga menyempatkan membeli susu segar dan yoghurt jelly di Rumah Susu Ganesha.
![]() |
Masjid, Playground, Alun-alun (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Sesampainya di Warung Mrene, sahabat saya belum datang. Kami memanfaatkan waktu tersebut untuk berkeliling sekitar kafe dan mengambil foto-foto. Setelah puas, baru kami mencari tempat duduk yang nyaman, kemudian memesan makanan dan minuman. Tak lama sahabat saya datang bersama suaminya. Kami pun asyik bercengkrama melepas kerinduan. Tak lupa sesi foto sebagai kenang-kenangan.
![]() |
Warung Mrene (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Kami pulang menjelang adzan magrib dengan perasaan bahagia. Rindu yang terpendam selama 2 tahun akhirnya bisa dilepaskan juga.
Keluarga dari Bali dan Pangsit Mie
Pagi hari kelima ini kami tidak pergi kemana-mana. Cuaca mendung sejak pagi sangat mendukung untuk bermalas-malasan di rumah saja. Apalagi Bude dan sepupu saya dari Bali mengabarkan akan berkunjung ke rumah. Jadi saya memutuskan untuk mulai merapikan barang-barang bawaan karena besok siang kami akan berpindah menginap di rumah saudara suami di Malang.
Menjelang sore, Bude dan keluarga datang ke rumah. Sekali lagi saya melepas rindu dengan orang-orang yang saya rindukan. Dengan sepupu, saya terakhir berjumpa tahun 2019, sedangkan dengan Bude lebih lama lagi. Sayangnya mereka tidak bisa terlalu lama di rumah karena masih harus melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya.
![]() |
Foto Bersama Keluarga Bali (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Pertemuan sore itu terasa kurang lama. Rindu saya belum tuntas tersalurkan. Semoga segera bisa bertemu lagi dengan waktu yang lebih panjang.
Selepas Bude pulang, Suami dan anak-anak merasa bosan. Akhirnya kami naik motor keliling-keliling di sekitar rumah. Lalu mampirlah kami ke warung soto babat dan warung pangsit mie langganan kami dulu. Sayangnya rasa soto babatnya sudah jauh berubah, sedangkan pangsit mienya masih tetap seenak dulu.
![]() |
Cuaca Mendung dan Pangsit Mie (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Malam itu ditutup dengan pesta makan pangsit mie di rumah. Terpenuhi sudah salah satu makanan dari daftar kuliner yang wajib dibeli saat pulang kampung. Meskipun begitu, daftar kuliner saya masih panjang dan sebagian besar baru bisa diwujudkan di Malang.
Sekian cerita liburan saya di Kota Batu. Untuk cerita liburan saya di Malang akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya agar tidak terlalu panjang. Stay tune, ya!
0 komentar