Mudik Berdua dengan Anak Saat Hamil Muda
December 13, 2022Bulan Juni yang lalu, tepatnya 4 Juni 2022, saya mudik ke Malang dan Batu berdua saja dengan anak saya yang sekarang sudah berumur 6 tahun. Kami naik kereta dari Stasiun Kiaracondong, Bandung menuju Stasiun Malang. Kami berangkat sore hari dan sampai di Malang esok paginya.
Ini adalah perjalanan kedua saya naik kereta dari Bandung menuju Malang dengan anak. Sebelumnya saya juga pernah melakukan perjalanan dengan kereta pada tahun 2018, saat anak saya masih berumur dua tahun. Untuk cerita perjalanan saat itu bisa dibaca dalam tulisan saya yang berjudul "Naik Kereta Bersama Balita".
Perjalanan dengan Kereta
Mudik kali ini terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pertama karena suami saya tidak ikut, kedua karena saya dalam kondisi hamil muda. Ya, dua hari sebelum keberangkatan saya menyempatkan untuk tes kehamilan karena saat itu saya sudah lima hari terlambat haid. Siapa sangka hasilnya sungguh mengejutkan. Dua garis merah itu membuat saya ragu-ragu untuk berangkat, padahal tiket sudah terbeli seminggu sebelumnya.
Untuk meyakinkan diri bahwa saya boleh melakukan perjalanan, sehari sebelum berangkat saya melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan terlebih dahulu. Dokter mengatakan bahwa perjalanan menggunakan kereta aman saja. Asal nanti jangan terlalu capek dan jangan terlalu banyak jalan. Saya juga dibekali vitamin serta obat penguat kandungan. Berbekal izin dokter dan vitamin serta obat-obatan yang diresepkan, saya pun mantap berangkat.
Kami berangkat dari Bandung via Stasiun Kiaracondong. Sebelum menuju stasiun, paginya kami mampir terlebih dahulu ke klinik dekat rumah Mama untuk mengantarkan anak saya tes antigen. Saat itu anak saya memang baru vaksin satu kali sehingga masih diwajibkan menunjukkan hasil tes antigen negatif jika akan menaiki kereta. Untunglah dia mau dites. Meskipun setelahnya terus mengeluh kalau hidungnya geli sampai berair. Alhamdulillah juga hasilnya negatif sehingga kami bisa melanjutkan perjalanan.
Stasiun Kiaracondong |
Perjalanan pulang pergi dengan kereta selama mudik berjalan lancar. Tidak ada lagi drama masalah anak rewel. Bahkan sepanjang perjalanan dia sangat kooperatif. Meskipun sempat sedih sejenak saat berangkat karena papanya tidak ikut, tapi tidak ada rengekan atau tangisan yang menyulitkan. Dia hanya memeluk saya beberapa menit untuk menenangkan diri, lalu sudah kembali ceria menunggu kereta datang.
Di dalam kereta |
Dia begitu menikmati perjalanan itu dan berkata bahwa tidur di kereta itu seru dan menyenangkan karena banyak orang. Apalagi ada yang melayani (maksud dia penjualan makanan yang datang ke kursi penumpang), sehingga mamanya tidak perlu memasak atau memesan makanan. Ada-ada saja pemikiran anak kecil itu, ya.
Menginjakkan Kaki Kembali di Kota Malang
Setelah terakhir mudik pada bulan Mei 2019, akhirnya saya bisa kembali menjejakkan kaki di tanah kelahiran. Pagi itu saya tiba di stasiun Malang sekitar pukul 6.30 WIB. Namun saat keluar dari kereta saya merasa bingung. Stasiun Malang sudah jauh berubah sejak terakhir saya ke sana 4 tahun yang lalu.
Jalur kereta dari atas |
Ibu saya yang datang menjemput memberi tahu bahwa beliau menunggu di pintu keluar yang berada di Jalan Trunojoyo. Setahu saya dulu keluar stasiun memang lewat sana. Namun ternyata sekarang ada satu pintu keluar lagi yang mengarah ke Jalan Panglima Sudirman.
Bangunan pintu timur Sumber: Google Maps |
Saya dan Yoshi mencoba mencari jalan untuk menuju pintu barat yang menuju Jalan Trunojoyo, namun pagi itu saya tidak melihat satu petugas pun yang bisa saya tanyai. Akhirnya saya berakhir di pintu timur yang mengarah ke jalan Panglima Sudirman. Saya pun mengabari ibu tentang posisi saya dan menunggu di sana.
Ruang tunggu pintu timur Sumber: Google Maps |
Pintu timur ini sepertinya adalah bangunan baru. Di sana ada ruang tunggu yang nyaman dan banyak kios-kios penjual oleh-oleh yang tertata rapi. Sangat jauh dari image stasiun zaman dulu yang terkesan jorok. Saat kembali ke Bandung pun saya naik kereta melalui pintu masuk yang ada di pintu timur ini.
Wisata Kuliner Melepas Rindu
Setelah bertemu dengan ibu, kami pun segera menaiki mobil dan meninggalkan stasiun untuk mencari sarapan. Tujuan kami pagi itu adalah Soto Lombok yang terletak di Jalan Tlogomas. Soto ini pun menjadi wisata kuliner pertama saya di Malang. Sayangnya menurut saya rasanya kurang asin. Tapi cukup mengisi perut saya yang sudah mulai lapar.
Soto lombok Sumber: Google Maps |
Karena kondisi saya yang hamil muda, saya tidak terlalu banyak keluar rumah selama di rumah ibu. Saya lebih banyak memesan makanan atau meminta adik saya untuk membelikan makanan yang saya inginkan, seperti bakso malang, cwie mie, bakpao isi kacang tanah, ronde, rujak cingur, rawon dan lain sebagainya.
Saya hanya keluar rumah sebanyak 4x selama 12 hari di rumah ibu. Pertama adalah saat kami berkunjung ke rumah saudara. Sepulang dari sana saya berniat sekalian mampir membeli susu segar dan yogurt jelly di Rumah Susu Ganesha serta ketan bubuk di Pos Ketan Legenda 1967 yang terletak di sekitar alun-alun Kota Batu. Dua kuliner ini adalah tempat yang wajib dikunjungi setiap pulang kampung. Susu segar berhasil saya beli. Namun sayangnya saat itu Pos Ketan Legenda 1967 sedang libur.
Susu segar dan yogurt jelly dari Rumah Susu Ganesha |
Akhirnya kami memutuskan untuk membeli ketan bubuk di tempat lain. Pilihan kami jatuh pada Susu Ketan Pak Yan yang berada di sisi selatan alun-alun. Saya, ibu, dan anak saya masing-masing memesan satu ketan, sedangkan adik saya hanya menemani duduk sambil minum susu yang tadi kami beli di Rumah Susu Ganesha. Ketan yang kami pesan adalah rasa bubuk kedelai, keju dan kacang.
Ketan bubuk kedelai, ketan susu keju dan ketan kacang |
Kedua kalinya saya keluar rumah adalah mengunjungi rumah sahabat saya sejak SD. Kebetulan rumahnya dekat dengan rumah saya. Setelah dari rumahnya kami pun pergi keluar untuk mencoba kafe baru yang tidak begitu jauh dari rumah kami. Kafe tersebut bernama Rockhills Resto & Cafe. Untuk tempat makan ini akan saya bahas di tulisan tersendiri, ya.
Sahabat sejak bocah |
Pada tanggal 12 Juni 2022, saya mengunjungi rumah nenek di Krebet. Ini adalah kali ketiga saya keluar rumah. Siapa sangka, saat datang ke sana ternyata sepupu saya akan melangsungkan pertemuan keluarga dengan calon suaminya. Alhasil kami pun ikut serta dalam acara tersebut. Seperti biasa acara ditutup dengan makan-makan. Saya senang akhirnya bisa mencicipi soto ayam yang rasanya cocok di lidah saya. Di Batam, Jakarta dan Bandung sekalipun sangat jarang soto yang cocok di lidah Jawa Timur saya ini.
Wisata kuliner terakhir yang saya lakukan adalah makan di foodcourt Malang Town Square (Matos). Tempat ini adalah tongkrongan saya saat kuliah dulu. Entah sudah berapa tahun saya tidak berkunjung ke sana. Sepertinya sejak menikah saya belum pernah memasuki mall itu lagi. Saya mengunjungi mall itu setelah sebelumnya nyekar ke makam almarhum Bapak, sekaligus berkunjung ke rumah sepupu saya dari Bapak.
No hot cwimie (hot cuimie versi tidak pedas) dan air mata kucing |
Di foodcourt Matos saya memesan Hot Cuimie untuk makan malam serta air mata kucing sebagai minumannya. Keduanya adalah favorit saya sejak zaman kuliah. Duduk di sana sambil menikmati kedua menu itu rasanya seperti nostalgia.
Saatnya Kembali ke Bandung
Kamis, 16 Juni 2022, saya dan anak kembali menaiki kereta menuju Kota Bandung. Sekali lagi anak saya harus tes antigen sebelum naik kereta. Kali ini kami melakukan tes di stasiun. Ternyata harganya jauh lebih murah.
Kami tiba di Stasiun Kiaracondong hari berikutnya. Begitu keluar dari kereta kami menuju ruang tunggu yang ada di depan stasiun. Saya memesan taxi online untuk mengantar kami pulang ke rumah. Perjalanan mudik 2022 pun berakhir sampai di sana. Semoga tahun depan bisa mudik lagi dengan 5 orang personil. Aamiin…
0 komentar