Hidden Paradise, Karma Kandara Beach!

January 29, 2015


Karma Kandara Beach

Berawal dari berselancar di internet, saya mendapatkan informasi tentang sebuah pantai indah berpasir putih dengan air berwarna hijau kebiruan yang dikenal dengan nama pantai Karma Kandara. Nama Karma Kandara itu sendiri diambil dari nama sebuah hotel yang berada diatas tebing pantai tersebut. Hotel ini berada di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupatan Badung, Bali. Sudah sejak tahun 2013 saya ingin berkunjung kesana. Akan tetapi entah kenapa niat tersebut tidak kunjung terlaksana.

Tanggal 16 November 2014 kemarin akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung kesana. Perjalanan ini berawal dari acara kopi darat dengan teman – teman dari salah satu forum pecinta jalan – jalan. Dari obrolan sore itu akhirnya tercetus ide untuk pergi ke Pantai Karma Kandara. Sebelum kesana terlebih dahulu kami sholat ashar di Masjid Agung Palapa yang terletak di Pecatu Indah Resort. Setelah sholat ashar barulah kami meluncur menuju lokasi tujuan.

Beruntunglah beberapa teman yang pergi sore itu sudah pernah mengunjungi Pantai Karma Kandara sehingga kami tidak perlu bertanya – tanya lagi arah ke pantai tersebut. Bagi anda yang belum pernah kesana, pantai ini berjarak kurang lebih 25 km dari Kota Denpasar, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit apabila jalanan tidak macet.

Untuk menuju kesana, bawa kendaraan anda ke arah Uluwatu, sebelum Pecatu Indah Resort (Lokasi Pantai Dreamland) anda akan mendapati petunjuk arah ke Karma Kandara. Petunjuk arah ini berada di pertigaan pertama setelah Supermarket Nirmala Ungasan, dari pertigaan tersebut ambil saja jalan yang lurus, karena jika anda berbelok kanan maka anda akan menuju ke Pantai Dreamland.  

Setelah mengambil jalan lurus ikuti saja petunjuk arah tersebut, sampai anda melewati dua pertigaan lagi. Pada pertigaan pertama ambil belokan ke kanan, ke arah Karma Kandara, sedangkan pada pertigaan kedua ambil belokan ke kiri ke arah Di Mare Restaurant. Jangan berbelok ke kanan karena jalan tersebut akan membawa anda ke pintu masuk Hotel Karma Kandara. Kedua tempat tersebut memang memiliki pintu masuk yang saling berjauhan walaupun Di Mare Restaurant adalah bagian dari Hotel Karma Kandara. Setelah berbelok ke kiri beberapa ratus meter  maka anda akan sampai di pura masuk yang bersebelahan dengan Di Mare Restaurant.

Perjalanan kami dari Masjid Agung Palapa ke lokasi Pantai Karma Kandara memakan waktu sekitar 15 menit. Kami  memarkir motor di area parkir yang terletak di depan pura lalu segera meluncur menuju pantai. Dari area parkir ini ada dua pilihan akses menuju pantai tersebut, versi gratis dan versi berbayar. Untuk versi gratis pengunjung harus melewati ratusan anak tangga, sedangkan untuk versi berbayar pengunjung bisa masuk melalui Di Mare Restaurant.

Menurut informasi yang saya peroleh, baik dari internet maupun cerita pengalaman teman, apabila memilih versi berbayar melalui Di Mare Restaurant, pengunjung harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 250.000,00/orang dan akan mendapat deposit Rp. 100.000/orang untuk makan/minum. Dari restoran tersebut pengunjung akan dibawa turun ke Nammos Beach club dengan menggunakan inclinator (lift). Nammos Beach Club sendiri adalah restoran yang berada di tepi pantai yang menyajikan masakan mediterania dan sea food. Jika anda mempunyai dana berlebih untuk liburan dan tidak ingin bercapek – capek naik turun tangga sebaiknya mengambil pilihan yang satu ini.

Saya dan teman – teman saya bukanlah gerombolan manusia berkantung tebal, sehingga kami memutuskan untuk masuk ke pantai melalui versi gratis. Yup! Kami memutuskan melewati ratusan anak tangga tersebut. Ketika perjalanan turun saya belum tau berapa banyak anak tangga yang harus saya lewati, hanya berbekal informasi dari internet bahwa untuk sampai di Pantai Karma Kandara harus melewati ratusan anak tangga, sekitar 300 menurut mereka. Benar saja, meskipun saya tidak benar – benar menghitung, saya rasa saya sudah melewati ratusan anak tangga. Akan tetapi perjalanan turun tidak terlalu melelahkan dan kami masih sempatkan untuk berfoto – foto terlebih dahulu.

View dari atas tebing
Rombongan kami sore ini.
Belakang : Om Han. Tengah (Dari kanan ke kiri) : Azka, Dimas dan bang Dimas.
Depan (Dari kanan ke kiri) : Saya dan Reni
View laut diambil saat menuruni anak tangga
Sesampainya di bawah kami disambut dengan suara deburan ombak yang bertalu – talu. Perpaduan pasir putih dan laut biru yang jernih membuat saya berdecak kagum. Pantai yang dihiasi dengan batu – batu karang di beberapa bagian ini memang indah, pantaslah disebut sebagai hidden paradise. Pengunjung yang tidak terlalu ramai juga membuat suasana eksklusif di pantai ini semakin terasa.

Di pantai ini, para pengujung yang sebagian besar adalah turis macanegara terlihat asik dengan aktifitas mereka. Saya melihat beberapa orang melakukan snorkeling, ada juga yang berenang, berselancar, berjemur, bermain pasir dan banyak yang hanya sekedar duduk bermalas – malasan di tepi pantai sambil membaca buku atau bercengkerama  bersama rekan mereka.

Nammos Beach Club
Suasana sekitar Nammos Beach  Club
Kami terus berjalan menyusuri pantai sampai akhirnya menemukan spot yang nyaman untuk beristirahat. Kami meletakkan barang – barang di atas karang dan mulai sibuk dengan aktifitas masing – masing. Dua orang teman saya, Dimas dan Azka memutuskan untuk berenang, Reni berfoto – foto narsis di pinggir pantai, Om Han dan bang Dimas asik bercengkerama sambil menikmati bekal serta menjaga barang bawaan, sedangkan saya sibuk dengan dunia saya sendiri.
Narsis dulu sebelum lanjut kegiatan lainnya :D
Saya memisahkan diri sejenak. Berdiri seorang diri di tempat yang cukup sepi. Menikmati setiap jengkal pemandangan yang terpampang di hadapan saya. Hanya saya, debur ombak dan pasir putih. Setelah puas berdiam diri saya memutuskan untuk menyusuri pantai lebih jauh sembari mengambil beberapa gambar. Hilir mudik sendirian di tepi pantai semacam ini memang aktifitas yang menyenangkan. Merasakan butiran pasir di bawah telapak kaki setiap saya melangkah memberikan sensasi nyaman yang tidak bisa dijelaskan dengan kata – kata. Tak terasa hari sudah semakin sore dan saya pun memutuskan kembali ke rombongan.







Beberapa hasil jepretan kamera hp saya sore itu
Mereka berlima sedang asik berbincang – bincang ketika saya kembali. Saya ikut mengambil bagian dalam perbincangan sore itu, yang membahas rencana perjalanan kami berikutnya. Banyak ide – ide dilontarkan, tapi kami belum mencapai kata sepakat. Kami begitu asik dengan obrolan itu sampai tidak menyadari langit yang beranjak gelap.





Berkumpul bersama teman selalu menyenangkan
Kami memutuskan beranjak pergi karena takut air laut akan naik jika hari bertambah malam. Kami kembali harus berjuang melewati ratusan anak tangga tersebut. Perjalanan naik ini jauh lebih berat. Saya dan Reni berkali – kali berhenti karena nafas kami yang tidak sekuat para lelaki. Setelah kurang lebih 30 menit akhirnya kami sampai kembali di tempat parkir dan perjalanan kami hari itu berakhir disana. 

Perjuangan kami menaiki anak tangga demi anak tangga
Hari yang indah. Selalu menyenangkan bertemu dengan orang – orang baru, berbagi cerita, berbagi pengalaman, berbagi wawasan dan yang jelas berbagi hal – hal baru. New friends always mean new story!

You Might Also Like

0 komentar