Melepasmu Bersama Senja di Tanah Lot Bali

May 04, 2016


Beberapa hari ini entah kenapa terasa rindu sekali dengan Bali dan keluarga disana, lalu terbesitlah keinginan untuk melanjutkan blog tentang perjalanan saya ke Tanah Lot yang sudah setahun lebih teronggok di draft. Setelah lama "mandul" akhirnya saya berhasil menelurkan sebuah tulisan kembali.

Tanah Lot adalah objek wisata yang terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Tanah Lot bukan lagi tempat wisata yang asing di Bali. Tempat ini seringkali menjadi “menu” utama paket wisata yang ditawarkan oleh biro – biro perjalanan yang ada disini. Ketenarannya yang sudah mendunia membuat wisatawan terus berdatangan.

Daya Tarik utama yang dijual oleh tempat wisata ini adalah Pura yang terletak di atas batu karang di tengah laut serta pemandangan matahari terbenamnya yang terkenal indah. Keindahan matahari terbenam itulah yang membuat saya ingin berkunjung kesana sekali lagi. Kunjungan saya kesana akhir maret 2015 kemarin memang bukan untuk yang pertama kalinya, namun tetap saja membuat saya bersemangat karena dari beberapa kali kunjungan kesana saya belum sempat menikmati matahari terbenamnya.

Hari itu saya berangkat ke Tanah Lot bersama keluarga dan teman. Perjalanan ini saya lakukan sebagai "salam perpisahan" kepada Bali, karena mulai April 2015 saya tidak lagi tinggal disana. 
Hujan deras terus mengguyur sepanjang perjalanan menuju Tanah Lot sore itu. Sesungguhnya saya sudah pesimis tidak bisa melihat matahari terbenam disana. Akan tetapi teman dan adik sepupu saya terus meyakinkan untuk melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di lokasi hujan belum juga reda. Kami sedikit ragu untuk masuk, namun akhirnya saya memutuskan untuk tetap masuk. Kami memarkir mobil di dekat warung – warung yang berjajar disekitaran area parkir. Tujuan kami adalah segelas teh panas untuk menghangatkan tubuh yang sedikit kedinginan akibat hujan deras yang tak henti – hentinya mengguyur bumi.

Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari menunggu hujan reda. Kami berdiam diri di dalam mobil, menikmati teh panas sambil mendengarkan alunan lagu yang melantun indah dari radio. Mendengarkan lagu di dalam mobil ketika hari hujan seperti ini merupakan salah satu hal yang saya sukai. Damai rasanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WITA akan tetapi hujan masih belum juga reda. Rintiknya masih terlihat walaupun tidak sederas ketika kami datang. Akhirnya temanku berinisiatif untuk menyewa payung dengan tarif Rp. 10.000,00 per buah. Menurutnya sia – sia membayar tiket masuk jika tidak turun melihat laut dan kami semua menerima ide tersebut.

Setelah mendapatkan tiga buah payung dengan ukuran besar, kami memindahkan mobil ke area parkir dalam agar tidak terlalu jauh berjalan kaki. Area parkir di dalam ini lebih kecil jika dibandingkan dengan yang di luar. Kondisinya pun tidak sebagus yang ada di luar. Hanya beberapa tempat saja yang terdapat paving block, selebihnya masih berupa tanah, sehingga jalanan menjadi becek di hari hujan seperti ini.

Perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki. Walaupun ragu bisa melihat matahari terbenam, kami tetap bersemangat jalan-jalan. Area wisata tanah lot ini cukup luas, akan tetapi karena hari sudah sore dan hujan masih rintik-rintik, kami langsung saja menuju ke Pura Tanah Lot. Dalam perjalanan menuju kesana kami sempat berfoto-foto dengan background Pura Batu Bolong, langit yang gelap tidak menyurutkan keindahannya. Puas berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan ke bawah. Meskipun cuaca kurang mendukung, ternyata di bawah cukup ramai dengan para wisatawan. Kami kembali berfoto-foto  tanpa menghiraukan gerimis yang masih mengguyur.


Gerimis terus mengguyur ketika kami memasuki lokasi
Narsis dengan background Pura Batu Bolong
 
Pemandangan Pura Tanah Lot dari atas



Payung penyelamat
Pura Tanah Lot
Dalam perjalanan naik dari Pura Tanah Lot, hujan mulai reda, matahari mulai menampakkan semburat cahayanya. Tentu saja kami merasa senang. Kemungkinan besar kami akan bisa menikmati matahari terbenam yang indah. Benar saja, begitu sampai di  jalananyang menampilkan Pura Batu Bolong, terpampanglah pemandangan indah merah lembayung di batas cakrawala. Kamera kami segera beraksi merekam setiap keindahan yang ditampilkan. Puas mengambil foto dan video, aku hanya duduk diam disana. Menikmati dan meresapi senja, yang mungkin saja akan menjadi senja terakhir yang aku nikmati bersama deburan ombak. Dalam diam itu aku berkata dalam hati "Bersama senja ini aku siap melepasmu wahai Baliku tercinta".





Menikmati senja bersama deburan ombak

You Might Also Like

0 komentar