Bali Safari and Marine Park

May 30, 2014

Dua bulan yang lalu saya menulis sebuah blog tentang rencana perjalanan saya berikutnya yang saya beri judul "Next Destination" (Bisa dilihat disini). Ada tiga tempat yang ingin saya kunjungi, tapi baru satu yang terlaksana, Bali Safari and Marine Park. 

Bertepatan dengan Hari Buruh tanggal 1 Mei 2014 kemarin saya membulatkan tekat untuk berjalan-jalan ke sana, setelah sekian kali rencana perjalanan saya gagal. Cuaca hari itu cukup cerah. Saya berangkat dari kos di Ungasan pukul 9.30 WITA dengan mengendarai motor bersama pacar tercinta. Perkiraan perjalanan kesana akan memakan waktu sekitar 1,5 jam. Pada hari libur seperti ini jalanan terlihat lengang, tidak macet seperti saat hari kerja, sehingga perjalanan kami berjalan lancar.

Diperjalanan kami menyempatkan makan di KFC Sanur, karena sebelum berangkat kami belum sempat sarapan. Untuk berjalan-jalan hari ini pasti kami membutuhkan tenaga ekstra. Tidak baik membiarkan perut kosong saat bersenang-senang.

Dengan bermodalkan GPS dari handphone dan papan - papan penanda jalan, pukul 11.30 WITA kami sampai di lokasi. Setelah memarkir motor kami segera menuju lobby untuk membeli tiket. Dalam perjalanan menuju lobby ada kejadian diluar dugaan, sandal saya putus. Saya santai saja, karena saya berfikir di tempat wisata seperti ini pasti ada toko - toko souvenir yang menjual sandal. Jadi saya berjalan sambil menyerat kaki agar sandal saya tidak lepas.

Sesampainya di lobby saya mencoba mencari - cari toko souvenir. Ternyata tidak ada. Akhirnya saya langsung menuju tempat penjualan tiket dan kami berdua bingung harus memilih paket yang mana. Di atas petugas penjual tiket terpampang 5 paket wisata yang mereka tawarkan, dan semuanya menggunakan kurs dolar, yang setelah dikonversi dalam rupiah harganya cukup mahal, berbeda dengan informasi - informasi yang saya peroleh dari internet, dimana dikatakan harga tiket masuk berkisara antara Rp. 100.000,00 - Rp. 150.000,00.

Akhirnya saya memutuskan menelepon teman yang sudah pernah datang kesini. Dari teman tersebut saya mendapat informasi bahwa untuk turis domestik hanya tersedia dua paket wisata, pertama adalah paket safari dan yang kedua adalah paket safari + pertunjukan teater Bali Agung. Berbekal informasi tersebut saya menghampiri petugas penjual tiket, dan ternyata benar informasi yang saya terima tersebut. Untuk paket safari hari itu seharga Rp. 135.000,00 sedangkan untuk paket safari + pertunjukan teater Bali Agung seharga Rp. 250.000,00. Usai berdiskusi dengan pacar akhirnya kami mengambil paket kedua.

Setelah mendapatkan tiket kami segera masuk dan menuju toko souvenir terdekat, ternyata disana tidak menjual sandal, jadi kami langsung saja menuju ke terminal keberangkatan, dimana kami menaiki bus kecil yang mengantar kami ke lokasi. Sebelum suttle bus yang menjemput kami datang, saya sempatkan mempelajari peta lokasi dan sedikit berfoto - foto untuk kenang - kenangan.

Peta Bali Safari and Marine Park (by : Andra)

Dari terminal keberangkatan, kami diturunkan di Lobby Barong, dan dari sinilah petualangan dimulai. Tempat terdekat adalah Aquarium air tawar, dimana ditampilkan ikan - ikan beraneka warna. Tapi koleksinya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang ada di kawasan wisata Jatim Park - Batu. Dekat dengan Aquarium air tawar ada kandang macan tutul. Bentuknya mirip dengan cheetah tapi sedikit lebih besar dan bisa naik pohon. Sedang asik - asiknya memfoto macan tutul kami mendengar pengumuman bahwa atraksi gajah akan dimulai pukul 12.30 di lokasi kampung gajah. Mendengar itu kami berdua segera beranjak mencari dimana atraksi tersebut berlangsung.

Koridor menuju Lobby Barong (by : Andra)
Macan tutul diatas pohon (by : Andra)

Ditengah perjalanan mencari kampung gajah saya menemukan toko souvenir. Saya segera masuk kesana untuk mencari sandal. Alhamdulillah ada. Rasanya seperti menemukan oase di padang pasir. Saya membeli sebuah sandal berwarna merah dengan hiasana manik - manik. Sebenarnya saya ingin yang warna hitam, agar tidak terlalu mencolok, tapi tidak ada yang ukurannya sesuai dengan kaki saya. Akihirnya saya beli saja yang itu.

Setelah mengganti sandal dengan yang baru, kami berdua kembali melanjutkan pencarian kampung gajah. Dalam perjalanan tersebut saya sempatkan mengambil peta lokasi dimana di dalamnya juga tercantum jadwal - jadwal atraksi yang ada disana. 10 menit kemudian kami berhasil menemukannya. Akan tetapi ketika sampai disana atraksi sudah hampir selesai, tempat duduk sudah penuh dengan pengunjung yang sebagian besar adalah turis manca negara, sangat sedikit wajah - wajah lokal yang saya lihat diantara kerumunan tersebut. Selesai atraksi, para pengunjung dipersilahkan naik ke tempat pertunjukan untuk berfoto dengan gajah - gajah cantik itu. Saya tidak mau menyia - nyiakan kesempatan itu dan segera menyeret pacar untuk ikut kesana. Panas terik matahari tidak menyurutkan semangat kami untuk bersenang - senang.

Kampung Gajah (by : Asri Lestari & Mas Penjaga Gajah)
Dekat dengan kampung gajah kami menemukan ada tempat daur ulang kertas yang menggunakan campuran bubur kertas dan limbah yang berasal dari kotoran gajah. Saya baru tahu kalau kotoran bisa menjadi bahan baku kertas. Cukup menarik. Dengan adanya bahan baku alternatif untuk pembuatan kertas berarti dapat mengurangai penebangan pohon. Proses pembuatan kertas itu sangatlah panjang. Mulai dari pencucian kotoran gajah, penjemuran serat-serat hasil cucian, pencampuran, pengadukan, pewarnaan hingga pencetakan. Di area ini pengunjung boleh mencoba untuk mencetak kertas.


Area daur ulang kertas ( by: Asri Lestari)

Lukisan yang dibuat di atas kertas daur ulang (by : Asri Lestari)

Selanjutnya kami menuju ke tempat harimau putih. Sebenarnya kami berniat menyaksikan atraksi memberi makan, tapi karena kami tadi terlalu asik di tempat daur ulang sehingga kami ketingglan atraksi tersebut. Akhirnya kami hanya berjalan - jalan dan berfoto - foto disana.

Harimau putih ini bukan albino. Harimau ini membawa gen resesif yang menghasilkan pewarnaan pucatnya. Harimau ini tetap bisa berkembang biak dengan harimau biasa yang berwarna jingga. Akan tetapi apabila pasangannya adalah harimau jingga maka keturunan yang dihasilkan akan berwarna jingga. Hal ini dikarenakan gen pemutihan tersebut adalah resesif.

Kami melihat harimau tersebut dari di sebuah tempat yang disebut Ranthambore. Ada pembatas kaca antara area pengunjung dengan tempat dimana harimau putih tersebut beraktifitas.. Ada dua ekor harimau putih yang ada disana. Mereka sedang asik mengoyak daging yang menjadi menu makan siangnya. Jika ingin melihat harimau ini dari dekat ada sebuah jalur bawah tanah yang mengarah ke tengah area dimana harimau tersebut tinggal.

Harimau putih (by : Andra)

Setelah selesai berkeliling ke semua tempat akhirnya kami menuju wisata utama di area ini yaitu Safari Explorer, dimana kami akan menaiki kendaraan untuk menyaksikan satwa - satwa liar yang ada di area ini. Disini kendaraan yang digunakan adalah kendaraan khusus. Bentuknya sama dengan suttle bus yang kami naiki menuju lobby barong tadi.

Safari Explorer memakan waktu sekitar 45 menit. Kami diajak berkeliling menyaksikan kehidupan satwa di alam terbuka yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai habitat aslinya. Hewan yang kami saksikan beraneka ragam, mulai dari karnivora hingga herbivora. Mulai dari yang jinak seperti rusa hingga yang buas seperti harimau. Kebetulan semua pengunjung yang satu bus dengan saya adalah wisatawan lokal sehingga pemandunya menggunakan bahasa Indonesia pada saat memberikan penjelasan.







Hewan - hewan yang kami lihat sepanjang Safari Explorer (by : Andra & Asri)

Usai menikmati Safari Explorer, kami menuju ke teater untuk menyaksikan pertunjukan Bali Agung. Sebelum memasuki tempat pertunjukan kami harus menitipkan tas, handphone dan segala peralatan elektronik lainnya. Ada peraturan yang menyatakan bahwa di dalam ruang pertunjukan dilarang mengambil gambar baik berupa foto maupun video.

Pertunjukan yang berlangsung selama kurang lebih satu jam tersebut bercerita tentang cinta segitiga yang berakhir tragis. Antara Raja Bali abad XII, Sri Jaya Pangus dengan isterinya Kang Ching Wie dan Dewi Danu. Konon, ceritanya asal muasal dari Barong Landung, yang menangkal nasib buruk dan roh-roh jahat.

Dengan tata lampu, koreografi, dekorasi dan segala sesuatu yang tertata dengan sempurna membuat pertunjukan ini terkesan sangat indah. Mungkin efek tersebut juga saya rasakan karena ini adalah pengalaman pertama saya.


Berpose di lobi teater setelah pertunjukan (by : Andra)

Hari itu adalah hari yang sangat mengesankan. Walaupun Bali Safari and Marine Park tidak terlalu besar dan permainan yang ada di sana masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Jatim Park yang ada di Kota Batu, tapi saya merasa terhibur. Setidaknya satu dari daftar keinginan saya sudah terwujud. Disinilah perwujudan pepatah "Ada niat pasti ada jalan". Do it and make all your dreams comes true :) 

You Might Also Like

0 komentar